Kendari (ANTARA) - Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari mensosialisasikan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga bisa bisa menambah pendapatan
Rektor UHO Muhammad Zamrun mengatakan, bahwa saat ini pandangan masyarakat umum tentang hutan adalah hanya menghasilkan kayu, namun sebenarnya banyak hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis seperti madu.
"Selama ini kan kalau dipikirkan hutan itu yang ada di kepala orang cuma kayu saja, selama ini kalau berbicara di masyarakat umum tentang hutang kan cuma kayu yang kita kira ternyata masih banyak yang lain," kata Muhammad Zamrun dalam seminar nasional HHBK di Kendari, Senin.
Maka, ia meminta masyarakat agar membuka wawasannya bahwa hutan bukan hanya kayu yang bisa di eksplorasi dan dieksploitasi, namun banyak hal salah satunya madu dan rotan.
"Maka hari ini kita buka lagi wawasan, kita buka lagi pemikiran kita bahwa di hutan itu bukan cuma kayu yang bisa dieksplorasi yang bisa dieksploitasi masih banyak hal lain yang bisa kita teliti untuk meningkatkan paling tidak meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) UHO, Dr. Aminuddin Mane Kandari (kedua kiri) saat menerima pengharagan dari perwakilan Direktur Jenderal PHPL (ketiga kanan), saat kegiatan seminar nasional Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Kendari, Senin (2/12/19). (ANTARA/Yaya La Ardi)
Baca juga: Kendari-BPN larang pemanfaatan hutan jadi pemukiman
Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) UHO, Dr. Aminuddin Mane Kandari mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan mensosialisasikan ke semua masyarakat bahwa hutan di Indonesia cukup kaya.
"Selama ini kita hanya mengenal hutan itu hanya hasil kayunya saja dari eksplorasi yang di ekspor, ternyata banyak hasil hutan bukan kayu yang harus kita eksplorasi dan kita angkat ke permukaan, misalnya perubahan dari budi daya lebah itu ada di kawasan hutan kemudian rotan, sagu dan lain-lain," katanya.
Selain itu, ia juga mengatakan saat ini kondisi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi situasi iklim global yang semakin tinggi apalagi saat ini sedang dimasuki oleh para tambang-tambang akan menguras lahan hutan yang ada di Sulawesi Tenggara.
"Jangan hanya peraturan kawasan yang bisa diperoleh, akan tetapi kalau kawasan yang harus dilindungi dan harus kita reboisasi ini termasuk hasil hutan non kayu, salah satu contoh pemeliharaan atau budidaya lebah katanya.
Untuk di ketahui, kegiatan seminar nasional itu dhadiri Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ikatan Lebah Madu Indonesia (ILMI) Sultra, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Sultra, serta akademisi dari beberapa universitas di Indonesia.
Rektor UHO Muhammad Zamrun mengatakan, bahwa saat ini pandangan masyarakat umum tentang hutan adalah hanya menghasilkan kayu, namun sebenarnya banyak hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis seperti madu.
"Selama ini kan kalau dipikirkan hutan itu yang ada di kepala orang cuma kayu saja, selama ini kalau berbicara di masyarakat umum tentang hutang kan cuma kayu yang kita kira ternyata masih banyak yang lain," kata Muhammad Zamrun dalam seminar nasional HHBK di Kendari, Senin.
Maka, ia meminta masyarakat agar membuka wawasannya bahwa hutan bukan hanya kayu yang bisa di eksplorasi dan dieksploitasi, namun banyak hal salah satunya madu dan rotan.
"Maka hari ini kita buka lagi wawasan, kita buka lagi pemikiran kita bahwa di hutan itu bukan cuma kayu yang bisa dieksplorasi yang bisa dieksploitasi masih banyak hal lain yang bisa kita teliti untuk meningkatkan paling tidak meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Kendari-BPN larang pemanfaatan hutan jadi pemukiman
Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) UHO, Dr. Aminuddin Mane Kandari mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan mensosialisasikan ke semua masyarakat bahwa hutan di Indonesia cukup kaya.
"Selama ini kita hanya mengenal hutan itu hanya hasil kayunya saja dari eksplorasi yang di ekspor, ternyata banyak hasil hutan bukan kayu yang harus kita eksplorasi dan kita angkat ke permukaan, misalnya perubahan dari budi daya lebah itu ada di kawasan hutan kemudian rotan, sagu dan lain-lain," katanya.
Selain itu, ia juga mengatakan saat ini kondisi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi situasi iklim global yang semakin tinggi apalagi saat ini sedang dimasuki oleh para tambang-tambang akan menguras lahan hutan yang ada di Sulawesi Tenggara.
"Jangan hanya peraturan kawasan yang bisa diperoleh, akan tetapi kalau kawasan yang harus dilindungi dan harus kita reboisasi ini termasuk hasil hutan non kayu, salah satu contoh pemeliharaan atau budidaya lebah katanya.
Untuk di ketahui, kegiatan seminar nasional itu dhadiri Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ikatan Lebah Madu Indonesia (ILMI) Sultra, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Sultra, serta akademisi dari beberapa universitas di Indonesia.