Kendari (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Wanita Katolik Justina Rostiawati mengatakan Wanita Katolik berkomitmen menangkal paham radikalisme, korupsi, dan kerusakan lingkungan hidup, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara.

Ketua Presidium DPP Wanita Katolik Justina Rostiawati mengatakan dalam Konferda IV yang digelar DPD Wanita Katolik Sultra mengusung tiga isu yang menjadi keprihatinan, sedangkan hasil Kongres DPP Wanita Katolik RI, yakni terkait dengan persoalan radikalisme, korupsi, dan lingkungan hidup.

"Ketiga hal tersebut berkaitan erat dengan gambaran gaya hidup atau karakter manusia dewasa ini," kata dia di Kendari, Minggu.

Menurut dia, saat ini masalah fanatisme sudah mulai menggerogoti sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu, katanya, Wanita Katolik akan turut andil mencegah dan menanggulangi masalah tersebut.

"Begitu juga halnya dengan isu korupsi karena gaya hidup yang berlebihan, makanya membutuhkan banyak uang sehingga semakin tidak puas, sehingga timbulah yang namanya korupsi," katanya.

Selain itu, katanya, lingkungan hidup semakin lama semakin rusak karena gaya hidup manusia. Ketua DPP Wanita Katolik, Justina Rostiawati (ketujuh kanan), Pimpinan Gereja Pastor Vikep Sultra, Pastor Willibrodus Welle PR (putih). (ANTARA/Harianto)

Di tempat yang sama, Ketua Presidium DPD Wanita Katolik Sultra, Bertha Budhi, mengatakan Konferda IV dilakukan dalam rangka melaporkan pertanggungjawaban program kerja yang sudah dilakukan pengurus periode 2014-2019, sekaligus untuk merumuskan program baru bersama ketua presidium baru yang terpilih dalam Konferda IV.

"Kita berharap tiga isu ini terkait radikalisme, korupsi, dan kerusakan lingkungan hidup tentunya menjadi perhatian kita Wanita Katolik di Sultra, karena ini menjadi permasalahan krusial bangsa Indonesia saat ini," ujarnya.

Pimpinan gereja Kevikepan Sultra, Pastor Willibrodus Welle, mengatakan pihaknya akan terus memberikan dukungan melalui pendampingan rohani pada seluruh Wanita Katolik di Sulawesi Tengagra agar terhindar dari paham radikalisme.

"Meskipun pada umumnya organisasi masyarakat selalu mereka bicarakan di internal tetapi mereka selalu berkoordinasi dengan pimpinan gereja agar wanita-wanita yang bukan anggota Wanita Katolik bisa dilibatkan dalam setiap kegiatan Wanita Katolik," katanya.
   

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024