Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi terapresiasi seiring optimisme pasar terhadap negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China akan berlangsung lancar.

"Rupiah masih di pengaruhi oleh sentimen eksternal, apresiasi mata uang domestik karena optimisme pasar terhadap negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Terpantau, rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 12 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.048 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.060 per dolar AS.
 

Ia mengemukakan kenaikan tarif barang-barang China senilai 250 miliar dolar AS yang akan dimulai pada 1 Oktober, dikabarkan ditunda hingga 15 Oktober.

"Presiden AS Donald Trump menyampaikan keputusan itu dibuat atas permintaan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan sebagai pertimbangan perayaan ulang tahun ke-70 Republik Rakyat China," paparnya.

Baca juga: China ajukan kasus tarif di WTO terhadap Amerika Serikat

Di sisi lain, lanjut dia, Trump juga kembali meminta the Fed untuk menurunkan suku bunga untuk melawan pertumbuhan ekonomi yang lemah, meski langkah itu biasanya enggan dilakukan oleh bank sentral.

"Suku bunga rendah the Fed menjadi salah satu faktor yang dapat memicu aliran dana masuk ke pasar negara berkembang yang akhirnya berdampak pada kenaikan mata uangnya," katanya.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan the Fed akan melakukan pertemuan pada bulan ini, pasar akan menyoroti kebijakan suku bunga the Fed untuk menentukan arah investasi investor.

"Terbukanya kemungkinan the Fed akan memangkas suku bunga dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi AS dapat menjaga stabilitas rupiah," katanya.

Ia memprediksi pergerakan rupiah pada hari ini (Kamis, 12/9) akan bergerak di kisaran Rp14.000-Rp14.100 per dolar AS dengan kecenderungan menguat meski terbatas.

Baca juga: China: Kami ingin cara 'Damai' selesaikan sengketa dagang AS
Baca juga: China dinilai manipulasi mata uang asing demi hilangkan persaingan


Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024