Kendari (ANTARA) - Petani kelapa sawit di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara enggan memanen buah sawit yang sudah matang hingga rusak di pohon karena harga penjualan yang rendah sehingga tidak dapat menutupi modal atau bakal menambah kerugian.

Seorang petani sawit Kasa (42) di Kendari, Sabtu mengatakan harga pembelian tandan buah segar (TBS) Rp200/kilogram tidak dapat menutupi modal sehingga tidak dipanen atau dibiarkan rusak begitu saja.

"Petani kelapa sawit di Konawe Selatan sedih karena harga TBS sawit terjun bebas hingga Rp200/kilogram. Petani makin terpuruk," kata Kasa.

Menurut dia, petani kelapa sawit Konawe Selatan pernah merasakan kebahagiaan saat harga TBS Rp600/kilogram, namun sekarang hanya Rp200/kilogram sehingga membuat mereka merana.

Namun demikian, tambahnya, petani mendapat "angin segar" karena pabrik pengolahan sawit di Konawe Selatan yang dihadirkan investor akan beroperasi Oktober 2019.

"Petani sawit akan bangkit kalau pabrik pengolahan setengah jadi sudah beroperasi. Informasi yang kami terima harga buah segar sekitar Rp700 - Rp800/kilogram," kata petani lainnya, Saharuddin.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra La Mandi mengatakan transaksi komoditi perkebunan, seperti buah sawit dipengaruhi perekonomian global.

"Pada forum-forum pengusaha yang melibatkan Kadin selalu mendiskusikan harga-harga komoditi perkebunan dan pertanian, termasuk sawit, karet, kopi dan kakao. Peran asosiasi kami jalankan namun belum memberi dampak signifikan," kata La Mandi.

Ia mengharapkan pemerintah daerah mengintervensi pembelian komoditi hasil pertanian dan perkebunan para petani melalui peran bisnis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

"Kita harapkan BUMD membawa misi yang berpihak kepada rakyat petani. Pemerintah menyelamatkan hasil panen petani melalui lembaga ekonomi BUMD," katanya.

 

Pewarta : Sarjono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024