Kendari (Antaranews Sultra) - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan perhatian besar untuk penyiapan generasi emas pada daerah atau wilayah dengan penderita stunting (tubuh pendek). 

Plt Kepala BKKBN Sultra, Mustakim, Sabtu, mengatakan pihaknya gencar memberikan informasi dan motifasi kepada keluarga yang memiiki anggota keluarga baduta (Bawah dua tahun) dan ibu hamil secara khusus.

"Informasi tersebut seperti pentingnya periode 1000 hari yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang di lahirkan. Periode tersebut merupakan periode sensitif karena akibat yang di timbulkan terhadap bayi pada masa itu akan bersifat permanen dan tidak dapat di koreksi dampaknya," katanya.
     
Menurut dia, dampaknya tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasan ,yang pada usia-usia tertentu terlihat dari ukuran fisik tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi,
     
"Wilayah stunting di Sultra yang menjadi fokus BKKBN Sultra saat ini adalah Kabupaten Buton," katanya.
     
Disebutkan, berdasarkan catatan Dinas Pengendalian Penduduk dan KB  Kabupaten Buton, saat ini terdapat 33 anak terkena penyakit stunting alias sudah berumur di atas dua tahun namun tinggi badannya kurang.
     
"Salah satu pemicu penyakit stunting adalah kurangnya asupan gizi. Namun hal ini bukan hanya di Buton, melainkan sudah menjadi masalah nasional," katanya.
     
Dikatakan, dalam hal ini BKKBN hanya melakukan sosialisasi, minimal agar masyarakat bisa mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.
   
"Tugas BKKBN adalah hanya sebatas memberi penyusulah. Pemberian asupan gizinya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan," katanya. 

 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024