"Saya sekarang sudah punya 12 karyawan dan lima cabang. Masing-masing cabang dilayani oleh dua karyawan dengan pendapatan kotor Rp7 juta-Rp8 juta per hari atau Rp3 juta bersihnya per hari,"
Jakarta (Antaranews Sultra) - Sainah merupakan salah satu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah mandiri dan kini berpenghasilan bersih hingga Rp90 juta per bulan dari usaha bakso tusuknya.
"Saya sekarang sudah punya 12 karyawan dan lima cabang. Masing-masing cabang dilayani oleh dua karyawan dengan pendapatan kotor Rp7 juta-Rp8 juta per hari atau Rp3 juta bersihnya per hari," kata Sainah pada diskusi Fakta Penurunan Angka Kemiskinan, Forum Merdeka Barat di Jakarta, Senin.
Perempuan warga Kabupaten Bantul DI Yogyakarta itu menceritakan kisahnya hingga sukses seperti sekarang berawal dari bergabung menjadi peserta PKH pada 2009.
Sebelumnya ia menjadi korban bencana gempa bumi yang terjadi di daerah tersebut sehingga suami yang bekerja sebagai buruh harian kehilangan pekerjaan. Sebagai ibu rumah tangga, Sainah mulai berpikir untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan tempura kecil-kecilan dengan juragan.
Ia mulai mencari informasi dan akhirnya mengajukan diri untuk menjadi peserta PKH. Setelah menjadi peserta, tidak lama ia mendapatkan bantuan modal usaha melalui program Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Kementerian Sosial sebesar Rp1 juta.
Modal usaha tersebut ia manfaatkan untuk berinovasi membuat bakso tusuk. "Saya bikin bakso tusuk yang belum ada sama sekali di daerah saya dan ini ide saya sendiri," kata ibu tiga anak tersebut.
Saat ini ia sudah graduasi atau keluar dari kepesertaan PKH secara mandiri. Berkat kesuksesannya, ia menjadi narasumber kegiatan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan usaha yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menginspirasi para peserta PKH lainnya.
"Sejak awal, setiap tahun, kita berikan sosialisasi dan bimtek pengembangan usaha KUBE (Kelompok Usaha Bersama) peserta PKH," kata Sariadi dari Dinas Sosial Kabupaten bantu. Bu Sainah masih peserta bimtek pengembangan usaha pada 2009-2012.
Setiap tahun, usahanya dikunjungi dan dipantau. Bu Sainah adalah salah satu peserta PKH yang sabar dan tidak ingin segera menggunakan bantuannya, tapi digunakan untuk pengembangan.
Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018, tingkat kemiskinan di tanah air turun di angka satu digit, yakni 9,82 persen atau yang terendah dalam sejarah sejak krisis 1998.
Menurut BPS, salah satu faktor yang berperan dalam penurunan angka kemiskinan tersebut adalah program Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
Baca juga: Kemensos optimistis kenaikan PKH dua kali lipat disetujui
Baca juga: Kemensos genjot pencairan PKH lima daerah Aceh
Baca juga: Kemensos salurkan dana PKH tahap I sebesar Rp4,5 triliun
"Saya sekarang sudah punya 12 karyawan dan lima cabang. Masing-masing cabang dilayani oleh dua karyawan dengan pendapatan kotor Rp7 juta-Rp8 juta per hari atau Rp3 juta bersihnya per hari," kata Sainah pada diskusi Fakta Penurunan Angka Kemiskinan, Forum Merdeka Barat di Jakarta, Senin.
Perempuan warga Kabupaten Bantul DI Yogyakarta itu menceritakan kisahnya hingga sukses seperti sekarang berawal dari bergabung menjadi peserta PKH pada 2009.
Sebelumnya ia menjadi korban bencana gempa bumi yang terjadi di daerah tersebut sehingga suami yang bekerja sebagai buruh harian kehilangan pekerjaan. Sebagai ibu rumah tangga, Sainah mulai berpikir untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan tempura kecil-kecilan dengan juragan.
Ia mulai mencari informasi dan akhirnya mengajukan diri untuk menjadi peserta PKH. Setelah menjadi peserta, tidak lama ia mendapatkan bantuan modal usaha melalui program Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Kementerian Sosial sebesar Rp1 juta.
Modal usaha tersebut ia manfaatkan untuk berinovasi membuat bakso tusuk. "Saya bikin bakso tusuk yang belum ada sama sekali di daerah saya dan ini ide saya sendiri," kata ibu tiga anak tersebut.
Saat ini ia sudah graduasi atau keluar dari kepesertaan PKH secara mandiri. Berkat kesuksesannya, ia menjadi narasumber kegiatan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan usaha yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menginspirasi para peserta PKH lainnya.
"Sejak awal, setiap tahun, kita berikan sosialisasi dan bimtek pengembangan usaha KUBE (Kelompok Usaha Bersama) peserta PKH," kata Sariadi dari Dinas Sosial Kabupaten bantu. Bu Sainah masih peserta bimtek pengembangan usaha pada 2009-2012.
Setiap tahun, usahanya dikunjungi dan dipantau. Bu Sainah adalah salah satu peserta PKH yang sabar dan tidak ingin segera menggunakan bantuannya, tapi digunakan untuk pengembangan.
Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018, tingkat kemiskinan di tanah air turun di angka satu digit, yakni 9,82 persen atau yang terendah dalam sejarah sejak krisis 1998.
Menurut BPS, salah satu faktor yang berperan dalam penurunan angka kemiskinan tersebut adalah program Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
Baca juga: Kemensos optimistis kenaikan PKH dua kali lipat disetujui
Baca juga: Kemensos genjot pencairan PKH lima daerah Aceh
Baca juga: Kemensos salurkan dana PKH tahap I sebesar Rp4,5 triliun