Kendari (Antaranews Sultra) - Harga lada di sejumlah pusat penjualan hasil bumi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, hingga minggu terakhir Juli 2018 mencapai Rp70.000 per kilogram atau naik dibandingkan sebelumnya yang hanya 67.500 per kilogram.

Keterangan yang diperoleh dari petugas Pelayanan Informasi Pasar Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Adnan Jaya, Kamis, harga itu terjadi di tingkat pedagang pengecer, sementara di tingkat petani produsen dan pedagang pengumpul maupun antardaerah justru sedikit lebih murah.

"Untuk harga di tingkat petani produsen mencapai Rp43.000 per kilogram, pada tingkat pedagang pengumpul Rp45.000 per kilogram, sementara pada pedagang antardaerah mencapai Rp50.000 per kilogram," ujar Adnan.

Ia mengatakan, perbedaan harga lada masing-masing tingkatan itu, karena dari ongkos transportasi serta adanya potongan retribusi daerah yang setiap kali proses angkutan ada biaya yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul maupun pedagang antardaerah.

Di sisi lain, dampak dari naik atau turunnya harga komoditas perkebunan itu juga berpengaruhi pada kehidupan keluarga petani karena mereka mengandalkan pada hasil penjualan lada.

"Syukurlah ada kenaikan harga lada, namun bila turun maka kami merasa sangat kesulitan karena pendapatan kami bergantung pada hasil lada," ujar Ardi (41), salah seorang petani dari Konawe.

Ia berharap pemerintah daerah juga tidak diam dan menyikapi bila terjadi harga komoditas perkebunan itu anjlok maupun naik, karena komoditas ini menjadi harapan para petani setempat.

 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024