Kendari (Antaranews Sultra) - Petani kakao di Kabupaten Kolaka Utara pada 2018 mendapat program peremajaan (revitalisasi) kakao yang jumlahnya mencapai jutaan bibit kakao di sejumlah desa yang tersebar di 15 Kecamatan di daerah itu.

Kadis Pertanian dan Perkebunan Kolaka Utara, Syamsul Rizal melalui pesan WhatsApp yang diterima di kendari, Kamis mengatakan, program peremajaan bibit kakao bagi petani di daerahnya itu sumber dananya melalui alokasi dari APBD dan APBN 2018.

"Yang pasti bahwa tahun 2018 ini, atau paling lambat November mendatang, penyaluran bibit kakao yang seluruhnya berkisar tiga jutaan bibit kakao beserta pupuk kepada petani akan terealisasi," ujarnya.

Ia mengatakan, program revitalisasi kakao tahun 2018 itu, yakni sekitar 3.200 hektare dari dana APBD dan 1.500 hektare dari dana APBN.

Pemkab Kolaka Utara (Kolut) dalam hal ini bupati dan wakil bupati beserta istansi terkait telah mengunjungi pembibitan kakao di desa Awo Kecamatan Kodeoha dengan tujuan untuk memastikan titik pembibitan kakao.

Ia menyebutkan bahwa lokasi pembibitan kakao di Kolut tersebar dalam beberapa kecamatan yaitu, di Desa Totallang Kecamatan Lasusua, dengan target satu juta pohon bibit kakao, Desa Awo Kecamatan Kodeoha dengan target satu juta pohon kakao, dan desa Powalaa Kecamatan Pakue Tengah juga target satu juta pohon bibit kakao.

Baca juga: Konawe Utara siapkan 2oo hektare untuk kakao

Baca juga: BI Sultra dukung peningkatan produksi komoditas kakao

"Kami perkirakan di akhir tahun ini bibit kakao kita bisa bagikan kepada petani beserta pupuk, karena di bulan Agustus mendatang bibit kakao ini diadakan penyabungan bibit, dengan intris berkualitas dalam jangka tiga bulan, bibit kakao ini siap di salurkan ke warga petani yang tersebar di 133 desa dan lurah di kolut," tuturnya.

Menurut Samsul, keberhasilan program revitalisasi kakao berkelanjutan itu akan dilihat dan dirasakan dua tahun kedepan, untuk tahun ini belum bisa di ukur, hanya bisa dibagi dan ditanam oleh petani.

"Kalau di tahun ini telah dibagikan bibit kakao kepada petani untuk ditanam, maka dua atau tiga tahun ke depan diperkirakan sudah ada petani yang bisa menikmati hasilnya walaupun belum seluruhnya," tutupnya.

(T.A056/B/B008/C/B008) 05-07-2018 10:12:13

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024