Kendari (Antara Sultra) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis bahwa Kota Kendari pada November 2017 alami deflasi sebesar 0,34 persen dengan pemicu utama adalah kelompok pengeluaran seperti bahan makanan, sandang, transportasi dan komunikasi.

Kepala BPS Sultra, Aqto Mardiyanto di Kendari, mengatakan sementara di Kota Bauabau Provinsi Sultra justru sebaliknya alami inflasi sebesar 0,41 persen.

Ia mengatakan, dari 82 kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di seluruh Tanaha Air sebanyak 14 kota tercatat deflasi dan 68 kota alami inflasi.

"Deflasi tertinggi di Kota Tual sebesar 2,74 persen dan deflasi terendah di Manokwari sebesar 0,02 persen. Sementara inflasi tertinggi di Singaraja 1,80 persen dan inflasi terendah di Kota Bekasi dan Palopo sebesar 0,02 persen," ujarnya.

Deflasi yang mencapai 0,34 persen itu, kata Aqto, karena di bulan itu, ada beberapa kebutuhan pokok yang relatif stoknya banyak sementara permintaan konsumen relatif stabil.

"Biasanya bila ada sentimen kenaikan harga bahan makanan di pasaran, maka menjadi pemicu terjadinya inflasi," katanya.

Aqto menyebut, belakangan ini ada beberapa komoditas yang harganya naik karena pengaruh musim yang tidak menentu sehingga mempengaruhi hasil produksi petani di daerah.

Ia memberikan contoh, harga cabai merah dalam periode dua pekan terkahir tidak naik dan justru turun sehingga memberikan andil deflasi. Begitu pula sebaliknya di Baubau yang mungkin saja ada beberapa komoditas yang naik maka mempengaruhi inflasi.

Ia menambahkan, beberapa komoditas pemicu deflasi seperti kelompok komoditas tomat sayur, tomat buah, daun kelor, celana dalam anak, daun kacang panjang, terong panjang, jagung manis, labu perang, cabe rawit dan kemeja panjang batik.

"Semua komoditas tersebut mengalami perubahan harga negatif dan punya andil selama November 2017," ujarnya.


Pewarta : Fatmawati Zubair
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024