Kendari, Antara Sultra - Masyarakat di sejumlah desa di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, hingga kini masih tetap mempertahankan kualitas produk gula aren khas tersendiri, dengan membungkus gula merah itu dari daun pohon arena muda.

"Ciri khas gula aren dari Bombana ini dari bungkusannya yang unik karena terbungkus rapi dari daun aren sendiri, sedangkan produk gula aren dari kabupaten lain menggunakan daun kayu hutan yang lebar dan bahkan hanya menggunakan plasitik gula," kata Suleman (45), pedagang gula merah di Pasar Baruga Kendari, Selasa.

Dari segi kualitas gula aren Bombana, lanjut dia, juga warnanya bening kuning kemerah-merahan serta kepadatan dalam satu biji itu bisa mencapai 1,2 kilogram hingga 1,5 kilogram dalam satu buah.

Olehnya itu, kata Suleman, harga gula merah aren asal Bombana itu hingga kini tetap pada posisi yang tinggi dan pembeli pun tidak pernah melakukan tawar menawar karena kualitas serta mutunya sudah tidak diragukan lagi.

Pantauan di pasar Wuawua, harga gula merah dari aren di tingkat pedagang pengecer di Kota Kendari, mencapai Rp17.000 per kilogram pada tingkat pedagang pengecer sementara harga beli di tingkat petani produsen seharga Rp12.500 hingga Rp13.000 per kilogram.

"Stabilnya harga gula aren itu karena persediaan pedagang cukup. Di samping membludaknya gula merah dari bahan bakunya dari kelapa yang diantarpulau dari luar Sultra," ujar Samsu (35) pedagang gula lainnya.

Ia mengatakan, biasanya harga gula aren mengalami kenaikan hingga pada Rp18.000-Rp20.000 per kilogram itu menjelang puasa, dimana kebutuhan masyarakat saat itu cukup tinggi sehingga pedagang pun memanfaatkan momen itu untuk meraup untung yang lebih besar dari bulan-bulan biasanya.

Gula merah aren yang paling disukai konsumen di Kota Kendari saat ini umumnya dari Kabupaten Bombana (Kabaena) serta sebagian lainnya datang dari Kabupaten Muna dan Buton Utara sebab gula aren dari daerah itu kualitasnya terjamin.

Sementara itu, petugas Pelayanan Informasi Pasar dan Analisa Pasar Hasil Pertanian (PIP/APHP Disbun Sultra), Adnan Jaya mengatakan perkembangan harga mingguan terhadap berbagai jenis komoditas hasil perkebunan di Sultra termasuk produk gula arena diakuinya mengalami fluktuasi dan terkadang berbeda antara satu kabupaten dan kabupaten lain.

"Biasanya perbedaan harga itu disebabkan karena pedagang memperhitungkan biaya produksi dan angkutan dari tingkat petani produsen ke pasaran. Apalagi bila gula aren itu didatangkan dari wilayah kepulauan yang beberapa kali pindah kapal laut baru tiba dipasaran Kendari," ujarnya.

Pewarta : Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024