Kendari,  Antara Sultra - Harga berbagai produk komoditas biofarmaka (jahe, kunyit, kencur, temulawak, temu ireng, bengkoang dan lengkuas) di sejumlah pasar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak minggu terakhir September hingga awal Oktober 2017 masih tergolong cukup stabil dan stoknya tersedia.

Hasil pantauan Antara di sejumlah pasar induk dan tradisional di Kendari, Kamis, harga jahe basah di tingkat petani produsen hanya pada Rp6.000 per kilogram sedangkan pada tingkat pedagang pengumpul dan antar daerah mencapai Rp10.000 per kilogram.

Begitu pula dengan kunyit segar dan kunyit putih di pasaran seharga Rp6.000 per kilogram sedangkan di tingkat pedagang pengumpul dan antar daerah Rp10.000 per kilogram.

"Adanya selisih harga yang cukup mencolok antara harga di tingkat petani produsen dengan pedagang pengumpul di daerah, karena masalah biaya transportasi dan retribusi sesuai peraturan daerah masing-masing," ujar, Muslihin (50), salah satu pedagang komoditi hasil perkebunan setempat.

Hal senada diungkapkan petugas Pelayanan Informasi Pasar dan Analisa Pasar Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Adnan Jaya, mengatakan, capaian harga hasil perkebunan dan hortikultura di masing-masing kabupaten kota di Sultra, memang ada perbedaan yang signifikan.

"Biasanya terjadi selisih harga yang jauh berbeda, jika daerah itu permintaan konsumen besar sementara produknya terbatas. Begitu pula sebaliknya jika daerah itu penghasil produk namun permintaan kurang maka harga tentu sedikit lebih murah," ujarnya.

Ia mengatakan, jenis produk komoditi biofarmaka yakni kencur, sejauh ini pasarnya masih berkisar Rp10.000 per kilogram untuk penjualan di tingkat petani, sedangkan pada tingkat pedagang pengumpul maupun antar daerah telah mencapai Rp15.000 per kilogram.

"Harga seperti itu sudah menjadi biasa dan selama ini tidak menimbulkan gejolak pasar, karena kebutuhan pasar lokal maupun antarpulau masih relatif stabil," ujar Adnan.



Pewarta : Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024