Jakarta, Antara Sultra - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan perekonomian nasional akan terus dikelola secara profesional, akuntabel dan terbuka, meski saat ini kondisi global masih diwarnai berbagai tantangan dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

"Tidak berarti seluruhnya sudah sempurna, tapi kami akan terus memperbaiki secara profesional, akuntabel, terbuka dan terus menciptakan hubungan saling menghormati," kata Sri Mulyani menanggapi pemutusan kemitraan pemerintah dengan JPMorgan Chase Bank di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani memastikan segala bentuk kemitraan dengan lembaga keuangan akan dilakukan berdasarkan hubungan baik dan saling menguntungkan, namun dalam kondisi saat ini akan lebih baik apabila bentuk psikologis yang positif dapat tercipta.

"Kami tidak menutup diri dan membuka diri terhadap semua kritik dan 'assessment', karena penting untuk memperbaiki diri. Namun lembaga yang memiliki nama besar, mempunyai tanggung jawab besar untuk menciptakan psikologi yang positif, bukan melakukan 'miss leading'," katanya.

Untuk itu, ia mengharapkan kepada seluruh mitra pemerintah bisa saling mengisi dalam mengelola dan menjaga fundamental perekonomian nasional, melalui kerja sama yang positif dan berkesinambungan.

"Kami menghormati seluruh produk yang dilakukan oleh siapapun lembaga riset, dari sisi akurasi, kredibilitas, metodologi maupun 'assessment'-nya. Kami ingin seluruh 'stakeholder' mendapat pesan yang sama. Mari bekerja secara positif," katanya.

Sri Mulyani memastikan selama ini pemerintah sudah mendengarkan pandangan dari masyarakat maupun lembaga yang memiliki kredibilitas tinggi dan melakukan perbaikan dari dalam, misalnya terkait reformasi dalam bidang perpajakan.

"Kalau kami melihat APBN menjadi sumber masalah, maka kami melakukan koreksi. Kami tidak segan melakukan ini, karena kami percaya bahwa hubungan yang sifatnya profesional, kredibel, akuntabel dan bermanfaat itu sangat penting," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengambil keputusan untuk memutus hubungan kemitraan dengan perusahaan perbankan asal Amerika Serikat (AS) JPMorgan Chase Bank, N.A terkait hasil riset lembaga tersebut yang dinilai berpotensi menciptakan gangguan stabilitas sistem keuangan nasional.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan memastikan pemutusan kemitraan tersebut dilakukan karena hasil riset yang meragukan kualitas aset perusahaan Indonesia yang memiliki saham.

"Hasil riset tersebut sangat dipertanyakan karena kelihatannya tidak dilakukan berdasarkan penilaian yang akurat dan kredibel. Makanya sebagai mitra kita cabut saja, karena tidak profesional," ujar Robert.

Robert memastikan melalui pencabutan kemitraan itu maka JPMorgan Chase Bank tidak lagi menjadi agen penjual SUN pemerintah, peserta lelang SBSN pemerintah, joint lead underwriter Global Bonds dan bank persepsi untuk penerimaan negara.

"Dealer SUN ada 20, berkurang satu, jadi 19. SBSN peserta lelangnya ada 22, jadi tinggal 21. Sebagai partner joint lead underwriter, juga kita cabut. Bank persepsi sudah ada lebih dari 50-an. Jadi tidak apa-apa," ujarnya.


Pewarta : Antara News
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024