Kendari (Antara News) - Wakil Bupati Konawe, Parindringi mengatakan, keberadaan proyek Agroforestry and Forestry (AgFor) di dearahnya bardampak positif terutama membantu dan mengangkat kehidupan masyarakat yang bergerak pada sektor perkebunan dan pertanian.
"Saya melihat kegiatan AgFor khususnya di Konawe ini banyak memberi peningkatan pendapatan petani melalui pengembangan pembibitan unggul dan penerapan sistem agro forestri di Kecamatan Besulutu," ujar Parindringi, saat menghadiri diskusi yang dirangkai dengan penutupan kegiatan proyek tersebut di salah satu hotel di Kendari, Selasa.
Menurut wabup, kehadiran AgFor sebagai pendamping petani di desa itu telah mampu mengembangkan pembibitan unggul melalui perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui okulasi, sambung pucuk, sambung samping, cengkok serta menggunakan kotak perbanyakan tanaman dan kotak adaptasi.
"Terus terang, masyarakat petani di wilayah khususnya Konawe baik itu perorangan maupun kelompok sudah mampu menjual bibit unggul dan menjadikan sebagai sebagai sumber pendapatan alternatif," ujarnya.
Dmenambahkan bahwa masyarakat desa yang menikmati proyek AgFor itu terutama di Desa Besulutu dan Onembute.
Sedikitnya ada 18 kelompok pembibitan individu dengan berbagai jenis tanaman seperti merica, cengkih, pala, durian, kakao dan berbagai jenis tanaman yang lain.
Di desa itu, kata Kepala Badan Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Kesatuan Ketahanan Pangan (BP4K-KKP) Konawe, Muh Akbar, dampak yang dirasakan masyarakat di wilayahnya terhadap proyek AgFor cukup membantu meningkatkan pendapatan petani di daerah.
Ia mencontohkan, beberapa petani di desa itu telah berhasil menjual sekitar lebih dari 5000-an bibit lada dan juga sedang memproduksi masing-masing sekitar 3000-an bibit baru.
"Jadi umumnya petani di desa itu telah mengombinasikan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan, seperti kakao dengan merica, durian, rambutan dan beberapa tanaman lainnya. Bersama AgFor petani di wilayah itu mendapatkan pembelajaran tentang tekni budidaya berbagai jenis tanaman," ujar Akbar.
Di samping itu juga diajari tentang manajemen kebun campur, pengendalian hama dan penyakit, pembuatan dan aplikasi pupuk kompos, kunjungan lapang ke petani sukses di daerah lain serta diberi pelatihan secara menyeluruh dengan harapan petani memperoleh pendapatan secara berkesinmabungan.
Pimpinan proyek AgFor Sulawesi, James M Roshetko mengatakan, proyek yang dimulai tahun 2011 dan berakhir pada 2016 ini telah memberi dampak yang menggembirakan di hampir seluruh daerah di Sulawesi.
Khusus di Sultra, proyek AgFor meliputi Kabupaten Kolaka Timur, Konawe, Konawe Selatan dan Kota Kendari. Agfor juga bekerjasama dengan LSM dan Operasi Walacea Terpadu (OWT), World Agroforestry Center (ICRAF) dan Center for Internasional Forestry Research (CIFOR).
Di Kota Kendari mengembangkan tata kelola hutan yang baik dengan memfasilitasi pengembangan kapasitas kelompok tani pelestari hutan (KTPH) Tahura Nipa-Nipa serta mengembangkan kebijakan pengelolaan Tahura yang mengacu pada prinsip tata kelola yang baik.
Di Konawe Selatan AgFor melakukan sosialisasi pentingnya menjaga fungsi hutan, membangun rumah Kompos permanen. Di Kolaka Timur mendampingi petani madu dan membentuk koperasi untuk memperkuat kelembagaan mereka.
"Angka capaian ini melampaui target yang ditetapkan. Atas nama tim AgFor, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini sejak awal sampai sekarang dan proyek ini harus menjadi contoh nasional dari kerjasama yang efektif antara masyarakat, pemerintah daerah dan peneliti dan lembaga organisasi lainnya," ujarnya.

Pewarta : Azis Senong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024