Palu (Antara News) - Tokoh agama Provinsi Sulawesi Tengah  H Zainal Abidin, M.Ag menyatakan politisi dari berbagai partai politik yang ada di daerah tersebut, wajib memelihara dan menjaga kerukunan untuk kenyamanan dan kedamaian dalam kehidupan.

        "Seorang politisi yang baik, yaitu politisi yang dapat menerima dan menghargai perbedaan yang terjadi di masyarakat mulai dari berbeda keyakinan dan agama, berbeba pendapat, budaya, suku bahkan perbedaan fisik," kata Zainal Abidin di Palu, Senin.

        Ia menambahkan politisi juga memiliki tanggung jawab untuk membina masyarakat yaitu dengan pemberian pemahaman agar selalu menghargai kelompok atau golongan dalam kehidupan sosial, tidak saling benci-membenci satu sama lain.

        Oleh karena itu, politisi yang telah duduk menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tingkat kota/kabupaten bahkan tingkat provinsi perlu mengetahui secara seksama makna perbedaan dalam agama untuk meningkatkan kualitas kerukunan.

        "Menjaga kerukunan tidak cukup hanya dengan mengetahui perbedaan, tetapi memaknainya serta mengkaji dan di implementasikan dalam kehidupan. Hal itu agar kerukunan dalam kemajemukan yang kita harapkan dapat benar-benar tercapai," ujarnya.

        Dia mengatakan saat ini kerukunan antar sesama manusia dan antar sesama pemeluk agama sedang di goyang oleh pihak-pihak tertentu yang mengedepankan kepentingan pribadi mereka, dengan membawa isu sara ditengah-tengah masyarakat.

        Hal itu, kata dia, menjadi ancaman serius daerah dan bangsa ini serta dalam kehidupan. Oleh karena itu, semua pihak dan elemen masyarakat mulai dari organisasi kepemudaan, ormas, serta organisasi Islam termasuk politisi perlu membendung hal tersebut untuk mempertahankan kesatuan.

        Dia menyebutkan orang-orang yang memiliki pemahaman atau wawasan agama sempit, cenderung tidak memahami anjuran agama secara utuh. Bahkan mereka mempertahankan pendapat dan memaksakan pendapat tersebut untuk diterima kelompok atau golongan lain.

        "Problem mendasar yaitu adanya sikap atau tindakan memaksakan pendapat untuk diterima oleh kelompok, golongan serta agama lain. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang sempit dalam memahami anjuran agama lewat ayat hadits atau Alquran," katanya menjelaskan.

Pewarta : Muhammad Hajiji
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024