Kendari (Antara News) - Kota Kendari di bulan September 2016 alami deflasi 0,01 persen atau deflasi terendah dari 24 kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK).
Kepala BPS Sultra, Atqo Mardiyanto di Kendari, Senin mengatakan, terjadinya deflasi disebabkan karena adanya kelompok bahan makanan yang mempengaruhi dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada.
"Dari 82 kota yang menghitung IHK, 24 kota tercatat deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Pontianak 1,06 persen dan terendah di Kota Kendari 0,01 persen. Sementara 58 kota alami inflasi, tertinggi terjadi di Sibolga 1,58 persen dan inflasi terendah di Purwokerto dan Banyuwangi 0,02 persen," ujarnya.
Menurut Atqo, bila dihitung tahun kalender bulan Januari hingga September Kota Kendari inflasi dengan capaian 3,04 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (September 2015 hingga September 2016) kota Kendari alamai inflasi dengan capaian 3,09 persen.
Sedangkan penyumbang inflasi tertinggi selama bulan September, lanjut Aqto, terjadi pada enam kelompok pengeluaran diantaranya kelompok sandang mencapai 2,11 persen, menyusul makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang yang 0,86 persen, menyusul tarnspotasi, komunikasi dan jasa keuangan mencapai inflasi 0,53.
Sementara tiga kelompok pengeluaran lainnya yakni pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasinya mencapai 0,22 persen dan terendah pada kelompok kesehatan dan perumahan masing-masing 0,08 persen dan 0,06 persen.
"Meskipun enam kelompok pengeluaran itu alami inflasi, namun bila dihitung tingkat inflasi dari tahun kalender 2016 justru alami deflasi 0,37 persen dan tahun kelander dari tahun ke tahun juga deflasi 0,26 persen," ujarnya.
Kepala BPS Sultra, Atqo Mardiyanto di Kendari, Senin mengatakan, terjadinya deflasi disebabkan karena adanya kelompok bahan makanan yang mempengaruhi dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada.
"Dari 82 kota yang menghitung IHK, 24 kota tercatat deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Pontianak 1,06 persen dan terendah di Kota Kendari 0,01 persen. Sementara 58 kota alami inflasi, tertinggi terjadi di Sibolga 1,58 persen dan inflasi terendah di Purwokerto dan Banyuwangi 0,02 persen," ujarnya.
Menurut Atqo, bila dihitung tahun kalender bulan Januari hingga September Kota Kendari inflasi dengan capaian 3,04 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (September 2015 hingga September 2016) kota Kendari alamai inflasi dengan capaian 3,09 persen.
Sedangkan penyumbang inflasi tertinggi selama bulan September, lanjut Aqto, terjadi pada enam kelompok pengeluaran diantaranya kelompok sandang mencapai 2,11 persen, menyusul makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang yang 0,86 persen, menyusul tarnspotasi, komunikasi dan jasa keuangan mencapai inflasi 0,53.
Sementara tiga kelompok pengeluaran lainnya yakni pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasinya mencapai 0,22 persen dan terendah pada kelompok kesehatan dan perumahan masing-masing 0,08 persen dan 0,06 persen.
"Meskipun enam kelompok pengeluaran itu alami inflasi, namun bila dihitung tingkat inflasi dari tahun kalender 2016 justru alami deflasi 0,37 persen dan tahun kelander dari tahun ke tahun juga deflasi 0,26 persen," ujarnya.