Palu (Antara News) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola berharap Operasi Tinombala di Poso tidak langsung dibubarkan meski Santoso alias Abu Wardah, pemimpin kelompok sipil bersenjata yang bersembunyi di hutan-hutan Poso itu telah tewas tertembak.
"Saya berharap Operasi Tinombala ini dapat mengajak semua pengikut Santoso menyerah," kata katanya kepada Antara Palu, Selasa, yang menghubunginya melalui whatsapp di Swiss.
Gubernur yang saat ini sedang melakukan perjalanan dinas di Eropa memberikan pernyataan itu sehubungan dengan tertembak matinya Santoso, pimpinan kelompok sipil bersenjata yang diburu aparat keamanan melalui Operasi Camar Maleo sepanjang tahun 2015 dan dilanjutkan Operasi Tinombala Januari-Juli 2016.
Santoso dan seorang anak buahnya bernama Mochtar tertembak mati dalam kontak senjata antara personel Satgas Operasi Tinombala di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) sekitar pukul 17.00 WITA.
Jenazah Santoso dan Mochtar telah dievakuasi ke Palu pada Selasa sekitar pukul 13.30 WITA dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh tim DVI (disaster victims identification) Mabes Polri.
Gubernur memberikan apresiasi yang tinggi kepada jajaran Polri dan TNI, khususnya yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala Poso, yang sukses melumpuhkan Santoso alias Abu Wardah, gembong teroris yang paling dicari oleh aparat keamanan Indonesia selama ini.
"Sebagai gubernur, saya memberi apresiasi kepala Polri dan TNI yang berhasil menembak mati Santoso dan seorang anak buahnya di Poso, kemarin (Senin, 18/7)".
Terkait tertembak matinya Santoso tersebut, gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah merespon aspirasi masyarakat Sulawesi Tengah dengan memerintahkan Polri dan TNI untuk menuntaskan masalah terorisme yang didalangi Santoso di Poso.
"Terima kasih kepada Presiden, Panglima TNI dan Kapolri serta semua pihak yang terlibat dalam operasi penumpasan Santoso dan juga terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah terlibat membantui operasi ini," ujarnya.
Kepada para pengikut Santoso yang masih bertahan di hutan-hutan Poso, gubernur mengharapkan agar mereka menyerahkan diri saja dan kembali bersama masyarakat untuk bersama-sama membangun Poso.
Gubernur Longki Djanggola juga meminta kepada masyarakat Poso untuk dapat menerima kembali seluruh eks-anggota kelompok Santoso agar bisa berbaur kembali secara damai dengan masyarakat.
"Saya berharap Operasi Tinombala ini dapat mengajak semua pengikut Santoso menyerah," kata katanya kepada Antara Palu, Selasa, yang menghubunginya melalui whatsapp di Swiss.
Gubernur yang saat ini sedang melakukan perjalanan dinas di Eropa memberikan pernyataan itu sehubungan dengan tertembak matinya Santoso, pimpinan kelompok sipil bersenjata yang diburu aparat keamanan melalui Operasi Camar Maleo sepanjang tahun 2015 dan dilanjutkan Operasi Tinombala Januari-Juli 2016.
Santoso dan seorang anak buahnya bernama Mochtar tertembak mati dalam kontak senjata antara personel Satgas Operasi Tinombala di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) sekitar pukul 17.00 WITA.
Jenazah Santoso dan Mochtar telah dievakuasi ke Palu pada Selasa sekitar pukul 13.30 WITA dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh tim DVI (disaster victims identification) Mabes Polri.
Gubernur memberikan apresiasi yang tinggi kepada jajaran Polri dan TNI, khususnya yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala Poso, yang sukses melumpuhkan Santoso alias Abu Wardah, gembong teroris yang paling dicari oleh aparat keamanan Indonesia selama ini.
"Sebagai gubernur, saya memberi apresiasi kepala Polri dan TNI yang berhasil menembak mati Santoso dan seorang anak buahnya di Poso, kemarin (Senin, 18/7)".
Terkait tertembak matinya Santoso tersebut, gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah merespon aspirasi masyarakat Sulawesi Tengah dengan memerintahkan Polri dan TNI untuk menuntaskan masalah terorisme yang didalangi Santoso di Poso.
"Terima kasih kepada Presiden, Panglima TNI dan Kapolri serta semua pihak yang terlibat dalam operasi penumpasan Santoso dan juga terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah terlibat membantui operasi ini," ujarnya.
Kepada para pengikut Santoso yang masih bertahan di hutan-hutan Poso, gubernur mengharapkan agar mereka menyerahkan diri saja dan kembali bersama masyarakat untuk bersama-sama membangun Poso.
Gubernur Longki Djanggola juga meminta kepada masyarakat Poso untuk dapat menerima kembali seluruh eks-anggota kelompok Santoso agar bisa berbaur kembali secara damai dengan masyarakat.