Jakarta (Antara News) - Pengamat militer dan politik Salim Said berpendapat, kudeta militer yang terjadi di Turki Jumat (15/6) bukan  karena adanya tekanan-tekanan dalam kelompok militer terhadap ketidakpuasan kepemimpinan dan bukan karena isu sekulerisme.

        "Saya menyebutnya dengan 'empire strikes back'. Ada beberapa perkiraan yang muncul karena tekanan yang terjadi di dalam sekelompok militer, jauh dari isu sekulerisme," kata Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Sabtu.

        Tekanan yang dimaksud adalah kemungkinan karena jenderal yang mereka panuti ditangkap, atau malah ekstrem-nya ada oknum-oknum yang berpikir secara tidak waras dalam tubuh militer. Terkait isu yang merebak karena rumor penghapusan sekulerisme oleh Presiden Erdogan menurut Salim Said kurang tepat.

        Ia mengatakan dulu kekuatan militer di Turki adalah superbody atau tidak tersentuh, sehingga ada kemungkinan hal tersebut masih diinginkan kembali untuk beberapa kelompok. Namun, hal itu masih dugaan karena memang belum ada hasil penyelidikan.

        Percobaan kudeta tersebut bukan kali pertama terjadi di Turki, setidaknya dalam 50 tahun terakhir tak kurang dari enam kali percobaan kudeta oleh tentara terjadi di Turki.

        Pada 2 Mei 1960 berlangsung percobaan kudeta yang nyaris tanpa pertumpahan darah, dipimpin oleh sejumlah prajurit serta kadet dari akademi angkatan bersenjata di Istanbul dan Ankara.

        Sehari setelahnya, pejabat Panglima Angkatan Darat Jenderal Cemal Gursel menuntut reformasi politik serta mengancam bakal mundur jika tuntutannya tak dipenuhi.

        Tahun 1971, angkatan bersenjata mengirimkan sebuah peringatan kepada pemerintah untuk mengembalikan kekuasaan berlangsungnya kericuhan dan kekerasan jalanan antara sayap kiri dengan kubu nasionalis selama berbulan-bulan. Status darurat militer diberlakukan di beberapa provinsi dan belum semuanya disudahi hingga September 1973.

        Pada 12 September 1980 petinggi angkatan bersenjata yang dipimpin Jenderal Kenan Evren melangsungkan percobaan kudeta, menyusul kembali merebaknya kericuhan terbuka antara sayap kiri dengan kubu nasionalis.

        Sejumlah politisi kesohor ditangkap, sementara parlemen, beberapa partai politik hingga serikat pekerja dibubarkan. Kamudian kudeta juga terjadi tahun 1997, 2007 dan 2010.

                                  Tidak Berlanjut

        Pengamat militer dan politik Salim Said menilai tidak ada lagi percobaan kudeta militer di Turki dalam waktu dekat menyusul kegagalan kudeta pertama Jumat (15/6).

        "Saya rasa setelah kudeta kali ini di Turki tidak ada lagi percobaan kedua dalam waktu dekat, sebab dukungan terhadap oknum milter juga tidak signifikan," kata Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Sabtu.

        Selain itu, ia juga menilai bahwa Presiden Turki  Recep Tayyip Erdogan pasti sudah melakukan konsolidasi dengan pihak aparat keamanan seperti kepolisian, sehingga kekuatan pekudeta semakin lemah.

        Pendapat tersebut juga disamakan oleh pengamat politik Turki dari Universitas Nasional Alfan Alfian, ia mengatakan kemungkinan sangat kecil terjadi lagi serangan kudeta milter dalam waktu dekat di Turki.

        "Pola kudeta mirip dengan tahun 1960 dan 1980, namun bedanya adalah kali ini tidak ada dukungan dari masyarakat sipil sehingga tidak ada kekuatan tambahan," kata Alfan.

        Menurutnya, turunnya militer ke jalan adalah untuk menunjukkan kepada publik bahwa tindakan mereka apakah akan didukung oleh sipil atau tidak, dan pada kenyataannya dukungan dari sipil tidak ada.

        Sebuah usaha kudeta militer Turki tampak gagal pada Sabtu WIB, setelah massa menjawab permintaan Presiden Tayyip Erdogan untuk turun ke jalanan demi mendukungnya.

        Erdogan, yang saat itu sedang melakukan liburan di pantai saat kudeta itu berlangsung, terbang ke Istanbul sebelum Sabtu fajar dan terlihat di televisi muncul di tengah kerumunan pendukungnya di luar bandara.

        Sejumlah tembakan dan ledakan telah mengguncang kota utama Istanbul dan ibu kota Ankara dalam sebuah malam yang kacau setelah para tentara menempatkan diri di kedua kota itu dan memerintahkan televisi nasional untuk membacakan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka telah merebut kekuasaan.

        Namun pada Sabtu pagi, para jurnalis Reuters melihat sekitar 30 orang tentara pro-kudeta menyerahkan senjata mereka setelah dikepung oleh polisi bersenjata lengkap di lapangan Taksim, Istanbul.

        Mereka dibawa dengan kendaraan kepolisian saat sebuah pesawat jet tempur terus terbang rendah, menyebabkan sebuah efek suara yang menggetarkan sejumlah bangunan dan memecahkan kaca jendela.

Pewarta : Afut Syafril
Editor :
Copyright © ANTARA 2024