Kolaka (Antara News) - Pantai "Kelelawar" yang terletak di kawasan pesisir Desa Poturua Kecamatan Watubangga kini menjadi salah satu potensi objek wisata andalan bagi Kabupaten Kolaka.
Bupati Kolaka Ahmad Safei di Kolaka Kamis mengatakan pantai kelelawar atau pantai kalong itu akhir-akhir ini menjadi salah satu kawasan obyek wisata bahari yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Mantan Sekda Kolaka ini mengatakan, kawasan pantai yang cukup indah alamnya itu hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari Bandara Sangia Nibandera atau sekitar 75 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kolaka, sehingga sangat mudah terjangkai oleh pengunjung.
Safei menjelaskan pantai Desa Poturua itu sering disebut juga pantau kelelawar atau kalong karena di kawasan itu dhuni ribuan satwa kelelawar itu.
"Kawasan pantai ini sangat trategis karena terletak di jalur jalan negara, sehingga setiap orang yang melintas di jalur tersebut pasti dapat melihat burung satwa tersebut," ujarnya.
Di kawasan pesisir itu, lanjut Safei, terdapat hamparan pasir putih yang bersih di sepanjang pantai tersebut, dan juga ombak laut untuk tempat permandian cukup tenang.
"Keindahan kawasan pantai itu didukung dengan pemandangan menarik dari deretan pepohonan pinus di sepanjang pantai, sehingga membuat tempat itu cocok untuk menjadi objek wisata yang menarik bagi pengunjungnya," ujarnya.
Safei juga mengatakan, objek wisata pantai Poturua itu juga telah masuk destinasi wisata.
"Masyarakat yang tinggal di sekitar pantai itu meyakini bahwa jika kelelawar tersebut menghilang dalam beberapa hari, maka warga mulai waswas sebagai pertanda akan ada bencana besar, entah itu banjir atau bencana alam lainnya," ujar Hamzah, salah seorang warga Kolaka.
Hamzah mengatakan, kelompok satwa kelelawar itu telah menghuni pohon-pohon di kawasan pantai sejak puluhan tahun silam.
"Saya tidak tahu persis tepatnya tahun berapa kelelawar itu mulai menghuni di pantai itu, dan juga darimana asalnya. Yang jelas kehadiran kelelawar itu telah menjadi peringatan bagi warga desa setempat, jika akan terjadi musibah," ujarnya.
"Jadi satwa kelelawar itu bisa jadi tanda bagi kami. Kalau sebagian besar kelelawar itu pergi, berarti akan ada bencana di Watubangga seperti banjir, perselingkuhan, wabah penyakit atau ada orang yang mau meninggal," ujarnya lagi.
Bupati Kolaka Ahmad Safei di Kolaka Kamis mengatakan pantai kelelawar atau pantai kalong itu akhir-akhir ini menjadi salah satu kawasan obyek wisata bahari yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Mantan Sekda Kolaka ini mengatakan, kawasan pantai yang cukup indah alamnya itu hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari Bandara Sangia Nibandera atau sekitar 75 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kolaka, sehingga sangat mudah terjangkai oleh pengunjung.
Safei menjelaskan pantai Desa Poturua itu sering disebut juga pantau kelelawar atau kalong karena di kawasan itu dhuni ribuan satwa kelelawar itu.
"Kawasan pantai ini sangat trategis karena terletak di jalur jalan negara, sehingga setiap orang yang melintas di jalur tersebut pasti dapat melihat burung satwa tersebut," ujarnya.
Di kawasan pesisir itu, lanjut Safei, terdapat hamparan pasir putih yang bersih di sepanjang pantai tersebut, dan juga ombak laut untuk tempat permandian cukup tenang.
"Keindahan kawasan pantai itu didukung dengan pemandangan menarik dari deretan pepohonan pinus di sepanjang pantai, sehingga membuat tempat itu cocok untuk menjadi objek wisata yang menarik bagi pengunjungnya," ujarnya.
Safei juga mengatakan, objek wisata pantai Poturua itu juga telah masuk destinasi wisata.
"Masyarakat yang tinggal di sekitar pantai itu meyakini bahwa jika kelelawar tersebut menghilang dalam beberapa hari, maka warga mulai waswas sebagai pertanda akan ada bencana besar, entah itu banjir atau bencana alam lainnya," ujar Hamzah, salah seorang warga Kolaka.
Hamzah mengatakan, kelompok satwa kelelawar itu telah menghuni pohon-pohon di kawasan pantai sejak puluhan tahun silam.
"Saya tidak tahu persis tepatnya tahun berapa kelelawar itu mulai menghuni di pantai itu, dan juga darimana asalnya. Yang jelas kehadiran kelelawar itu telah menjadi peringatan bagi warga desa setempat, jika akan terjadi musibah," ujarnya.
"Jadi satwa kelelawar itu bisa jadi tanda bagi kami. Kalau sebagian besar kelelawar itu pergi, berarti akan ada bencana di Watubangga seperti banjir, perselingkuhan, wabah penyakit atau ada orang yang mau meninggal," ujarnya lagi.