Baubau (Antara News) - Bandar Udara Betoambari Kota Baubau saat ini memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan energi listrik di kawasan tersebut.
"Pembangunan PLTS di Bandara Betoambari tahun ini sudah selesai 100 persen, sehingga area bandara mulai menggunakan energi listrik tenaga surya," kata Kepala Bandara Betoambari Kota Baubau, Agus Sugeng Widodo di Baubau, Selasa.
Sugeng yang didampingi Kasubsi Teknik Operasi Keamanan dan Pelayanan Darurat Bandara Betoambari Erwan Susilo menambahkan, Bandara Betoambari merupakan satu-satunya bandara di bagian timur Indonesia yang menggunakan PLTS.
Pembangunan PLTS di bandara tersebut, kata dia, memiliki kapasitas 240 KWA yang bersumber dari APBN 2015 sebesar Rp9 miliar.
"Sebagian peralatan mesin PLTS didatangkan dari Tiongkok karena peralatan (invortert,red) yang digunakan dari negara tersebut bisa merubah kondisi alam atau tenaga surya menjadi energi listrik," ujarnya.
Ia menjelaskan, uji coba pemanfaatan PLTS itu saat ini dioperasikan mulai pukul 04.30 Wita sampai 19.00, dan masih ada sisa kapasitas sebesar kurang lebih 100 KWA, karena yang terpakai sekarang baru sekitar 100 KWA.
Namun, lanjut dia, kalau kondisi cuaca membaik, maka PLTS tersebut dapat digunakan hingga pukul 01.00 Wita.
Ia menambahkan, pihaknya juga tetap memanfaatkan daya listrik dari PLN untuk memback-up dan mengantisipasi kalau terjadi kerusakan pada PLTS tersebut.
"Alhamdullilah, ini sangat luar biasa energi yang terbarukan yang bisa mengurangi beban daya dari listrik PLN, sehingga daya listrik PLN akan lebih kepada pengguna PLN yang lain atau masyarakat," katanya.
Menurut dia, awal dibangunnya PLTS di Bandara Betoambari, dimulai dari usulan kepada Kementerian Perhubungan karena kondisi PLN di Baubau sering terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan kerusakan pada peralatan pendeteksi atau pemeriksa bagasi di bandara tersebut.
"Pengusulan PLTS ini dikaji oleh pihak Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan dan itu disetujui," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan adanya PLTS ini diharapkan bisa mengatasi kendala keterbatasan energi listrik di area tersebut, terutama untuk mencegah terjadinya kerusakan bagasi sebanyak tiga unit yang ada di bandara itu.
"Kita memang memiliki mesin genset, tetapi kendala yang dialami untuk mengoperasikan mesin tersebut adalah kesulitan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Namun sekarang ini dengan adanya PLTS tidak ada lagi kendala energi lsitrik," ujarnya.
Ia mengatakan, sumber energi listrik PLTS tersebut akan menjadi pilot project yang nantinya bandara-bandara di Indonesia yang berada d itengah pulau atau daerah yang sumber energi listriknya terbatas akan menggunakan sumber energi surya tersebut.
"Pembangunan PLTS di Bandara Betoambari tahun ini sudah selesai 100 persen, sehingga area bandara mulai menggunakan energi listrik tenaga surya," kata Kepala Bandara Betoambari Kota Baubau, Agus Sugeng Widodo di Baubau, Selasa.
Sugeng yang didampingi Kasubsi Teknik Operasi Keamanan dan Pelayanan Darurat Bandara Betoambari Erwan Susilo menambahkan, Bandara Betoambari merupakan satu-satunya bandara di bagian timur Indonesia yang menggunakan PLTS.
Pembangunan PLTS di bandara tersebut, kata dia, memiliki kapasitas 240 KWA yang bersumber dari APBN 2015 sebesar Rp9 miliar.
"Sebagian peralatan mesin PLTS didatangkan dari Tiongkok karena peralatan (invortert,red) yang digunakan dari negara tersebut bisa merubah kondisi alam atau tenaga surya menjadi energi listrik," ujarnya.
Ia menjelaskan, uji coba pemanfaatan PLTS itu saat ini dioperasikan mulai pukul 04.30 Wita sampai 19.00, dan masih ada sisa kapasitas sebesar kurang lebih 100 KWA, karena yang terpakai sekarang baru sekitar 100 KWA.
Namun, lanjut dia, kalau kondisi cuaca membaik, maka PLTS tersebut dapat digunakan hingga pukul 01.00 Wita.
Ia menambahkan, pihaknya juga tetap memanfaatkan daya listrik dari PLN untuk memback-up dan mengantisipasi kalau terjadi kerusakan pada PLTS tersebut.
"Alhamdullilah, ini sangat luar biasa energi yang terbarukan yang bisa mengurangi beban daya dari listrik PLN, sehingga daya listrik PLN akan lebih kepada pengguna PLN yang lain atau masyarakat," katanya.
Menurut dia, awal dibangunnya PLTS di Bandara Betoambari, dimulai dari usulan kepada Kementerian Perhubungan karena kondisi PLN di Baubau sering terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan kerusakan pada peralatan pendeteksi atau pemeriksa bagasi di bandara tersebut.
"Pengusulan PLTS ini dikaji oleh pihak Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan dan itu disetujui," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan adanya PLTS ini diharapkan bisa mengatasi kendala keterbatasan energi listrik di area tersebut, terutama untuk mencegah terjadinya kerusakan bagasi sebanyak tiga unit yang ada di bandara itu.
"Kita memang memiliki mesin genset, tetapi kendala yang dialami untuk mengoperasikan mesin tersebut adalah kesulitan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Namun sekarang ini dengan adanya PLTS tidak ada lagi kendala energi lsitrik," ujarnya.
Ia mengatakan, sumber energi listrik PLTS tersebut akan menjadi pilot project yang nantinya bandara-bandara di Indonesia yang berada d itengah pulau atau daerah yang sumber energi listriknya terbatas akan menggunakan sumber energi surya tersebut.