Kendari (Antara News) - Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) membutuhkan industri pembuatan tepung agar-agar untuk memaksimalkan pemanfataan potensi sumber daya kelautaan yang potensinya di daerah itu cukup besar.

"Komiditas agar-agar yang potensinya cukup besar di Sultra belum bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena komoditi tersebut masih dijual ke luar wilayah Sultra secara gelondongan oleh pedagang pengumpul," kata peniliti pada Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang) Sultra, La Fariki di Kendari, Senin.

Menurut dia, produksi budidaya agar-agar oleh para nelayan di Sultra yang tersebar di 15 kabupaten dan dua daerah kota mencapai kurang lebih 150.000 ton per tahun.

Namun produksi agar-agar tersebut, kata dia, belum mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan karena harga jual masih dimainkan oleh para pedagang pengumpul akibat belum adanya industri pembuatan tepung agar-agar di daerah itu.

"Kalau industri pembuatan tepung agar-agar sudah tersedia di daerah ini, maka pendapatan nelayan pembudidaya agar-agar akan membaik karena akan mendapatkan jaminan harga jual yang stabil," katanya.

Menurut dia, ada beberapa kabupaten di Sultra yang memiliki produksi agar-agar paling besar.

Kabupaten-kabupaten tersebut di antaranya, Kabupaten Kolaka, Buton, Wakatobi dan Kabupaten Muna.

"Selama ini yang menikmati hasil dari produksi agar-agar di sejumlah kabupaten itu, adalah pedagang pengumpul, sebab merekalah (pedang pengumpul) yang menjual agar-agar gelondongan ke luar Sultra seperti Surabaya dan Makassar," katanya.

Menurut Fariki yang juga peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, komoditas agar-agar selain bisa diolah menjadi bahan makanan, juga dapat dibuat menjadi bahan kosmestik dan obat-obatan.

Pewarta : Oleh Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024