Kendari  (Antara News) - Aktivis mahasiswa asal Buton Utara, Sulawesi Tenggara menolak kehadiran perusahaan perkebunan tebu, PT Sumagro Sawitara di wilayah kabupaten itu.

Penolakan para aktivis mahasiswa tersebut disampaikan dalam bentuk aksi unjuk rasa di depan kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sultra di Kendari, Rabu.

"Kehadiran PT Sumagro Sawitara yang akan mengembangkan perkebunan tebu untuk bahan baku industri gula, akan mengancam keselamatan sejumlah kawasan hutan di wilayah Buton Utara," teriak Musrawan salah seorang aktivis mahasiswa saat menyampaikan orasinya di depan kantor Dinas Kehutanan Sultra.

Di depan pintu gerbang masuk kantor tersebut, para mahasiswa membakar ban bekas yang sempat menarik perhatian pengguna jalan yang melewati ruas jalan di depan kantor Dinas Kehutanan tersebut.

Menurut Musrawan, PT Sumagro Sawitara yang akan mengembangkan perkebunan tanaman tebu di Buton Utara mendapatkan konsensi lahan kurang lebih 10.000 hektar.

Lahan seluas itu kata dia, tersebar di beberapa wilayah kecamatan dan sebagian berada di dalam kawasan hutan.

"Kalau perusahaan itu tetap diizinkan beroperasi membuka lahan usaha perkebunan tebu di Buton Utara, maka sejumlah kawasan hutan di wilayah itu akan mengalami kerusakan cukup serius," katanya.

Sementara itu, Endi Pamaran orator lainnya dalam aksi unjuk rasa tersebut mengatakan wilayah Buton Utara tidak cocok untuk pengembangan tanaman tebu karena kondisi tanahnya sebagai besar berbatu-batu.

"Lahan-lahan subur untuk perkebunan di wilayah Buton Utara hanya ada di dalam kawasan hutan," katanya.

Makanya teriak dia, kehadiran perusahaan perkebunan tebu di Buton Utara, hanya akan menjadi ancaman bagi kerusakan sejumlah kawasan hutan di daerah itu.

"Oleh karena itu, sebagai putra bangsa yang lahir dan besar di Buton Utara, kami menolak keras masuknya perusahaan perkebunan tebu di wilayah Buton Utara," katanya.

Para mahasiswa asal Buton Utara tersebut meminta Dinas Kehutanan Sultra agar tidak mengizinkan kawasan hutan menjadi areal perkebunan tebu oleh PT Sumgaro Sawitara.

Pewarta : Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024