Jakarta (Antara News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengundang investor Jepang untuk berinvestasi ke luar Jawa guna mendorong pengembangan industri hilir dan bernilai tambah.

         "Pesan Presiden sangat jelas, bahwa Indonesia tidak lagi mengekspor 'raw material', sehingga investasi yang masuk harus diarahkan ke industri hilir. Hal tersebut potensial dikembangkan di luar Jawa, karena bahan baku banyak terdapat di luar Jawa," kata Kepala BKPM Franky Sibarani melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

         Franky menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesia Business Forum yang dilaksanakan di Tokyo, Jepang, Selasa, yang merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo beserta rombongan.

         Data BKPM menunjukkan investasi dari Jepang cenderung terpusat di Jawa, dengan proporsi 96 persen dari total realisasi investasi Jepang sepanjang 2010-2014 sebesar 12,01 miliar dolar AS.

         Padahal, di luar Jawa, masih banyak potensi investasi termasuk kawasan ekonomi khusus (KEK) dan dan kawasan industri.

         Pemerintah juga merencanakan pembangunan 15 kawasan industri hingga tahun 2019, di mana 13 kawasan industri diantaranya di luar Jawa, untuk industri pengolahan sumber daya alam.

         "Sebagai contoh, KEK Sei Mangkei di Sumatera Utara dikembangkan sebagai pusat industri kelapa sawit, karet, pupuk, logistik serta kawasan pariwisata. Atau KEK Bitung di Sulawesi Utara yang dikembangkan untuk industri perikanan, kelapa, tanaman obat, dan logistik," kata Franky.

         Khusus wilayah Papua, lanjut dia, pemerintah juga akan mendorong pengembangan empat KEK beserta infrastruktur pendukungnya dengan fokus pengembangan yang berbeda.

         Kawasan ekonomi Merauke dikembangkan untuk sektor pertanian terintegrasi industri pengolahannya, Kawasan Ekonomi Sorong untuk sektor maritim terintegrasi dengan industri pengolahannya, Kawasan Ekonomi Teluk Bintuni untuk sektor petrokimia dan turunannya, serta Kawasan Ekonomi Raja Ampat untuk industri pariwisata.

         Lebih lanjut, Franky mengundang investor Jepang untuk merambah sektor agro dan maritim yang diharapkan bisa memberi nilai tambah pada ekspor Indonesia.

         "Salah satu investor Jepang yang sudah menyatakan kesiapan untuk segera masuk ke Indonesia bergerak di produksi 'surfactant', senilai 260 juta dolar AS. Tentu hal ini akan memberikan nilai tambah terhadap produk CPO Indonesia," katanya.

         Komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) saat ini bernilai 1,168 dolar AS per ton.

         Nilainya akan bertambah hingga 4,66 kali lipat jika diolah menjadi "surfactant" atau senyawa untuk menurunkan molekul air, lebih tinggi ketimbang diolah hanya menjadi "fatty acid" atau asam lemak yang bernilai tambah 2,4 kali lipat.

         Presiden Jokowi dalam acara Indonesia Business Forum di hadapan 1.200 pengusaha Jepang, memaparkan rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur mengatasi persoalan konektivitas dan ketersediaan energi khususnya listrik.

         Presiden juga memaparkan program kawasan industri yang akan dibangun pemerintah, khususnya di luar Jawa, termasuk Papua.

Pewarta : Oleh Ade Irma Junida
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024