Jakarta (Antara News) - Mata dan telinga sebagian masyarakat dunia dalam beberapa bulan terakhir menolehkan perhatiannya kepada Pulau Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah.

        Perhatian itu dilakukan melalui media-media nasional maupun internasional yang secara rutin memberitakan perkembangan di pulau yang menghadap Samudera Hindia atau Laut Selatan itu.

        Satu hal yang  telah dipahami oleh publik di Indonesia adalah citra (image) Nuskambangan sebagai lokasi penjara untuk terpidana kelas berat, dan tempat eksekusi mati untuk terpidana kasus kejahatan luar biasa.

        Citra seperti itu kini semakin mendunia, setelah pada 18 Januari 2015 dilaksanakan eksekusi mati terhadap lima terpidana kasus narkoba. Sedangkan satu narapidana, yaitu Tran Thi Hanh, warga negara Vietnam berusia 37 tahun, dieksekusi di Boyolali.

        Lima dari enam terpada mati itu adalah warga negara asing, yaitu Marco Archer Cardoso Mareira (53 tahun, warga negara Brazil), Daniel Enemua (38 tahun, warga negara Nigeria), Ang Kim Soe (62 tahun, warga negara Belanda), Namaona Dennis (48 tahun, warga negara Malawi) dan Rani Andriani atau Melisa Aprilia, warga negara Indonesia.

        Setelah dilakukan eksekusi mati terhadap mereka, tak lama kemudian Kejaksaan Agung mengumumkan rencana eksekusi terhadap narapidana lainnya di Nusakambangan.

        Sejak itu, berita mengenai rencana eksekusi mati itu selalui menghiasi media-media nasional dan internasional, apalagi ada di antara beberapa terpidana itu adalah warga negara asing.

        Media-media asing menyebut Nusakambangan dengan istilah beragam. Intinya, pulau ini sebagai tempat yang sangat mengerikan dan menyeramkan. Bahkan ada pula yang menyebut Nusakambangan sebagai "Alcatraz"-nya Indonesia.

        Dari sejarah aslinya, Pulau Alcatraz adalah sebuah pulau karang yang terletak di tengah Teluk San Francisco di Kalifornia, Amerika Serikat (AS). Alcatraz dahulu merupakan benteng pertahanan militer dan kemudian dijadikan penjara keamanan ketat.

        Kini pulau karang itu adalah sebuah situs sejarah yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Nasional AS sebagai Tempat Rekreasi Nasional Golden Gate, dan dibuka untuk wisatawan. Pulau ini terdaftar sebagai Tempat Bersejarah Nasional.

        Luas daratan Alcatraz adalah 0,0763 kilometer persegi. Menurut Sensus 2.000, pulau ini tidak berpenduduk. Orang Eropa pertama yang menemukan pulau ini adalah Juan Manuel de Ayala.

        Nama pulau ini berasal dari kata Spanyol (diambil dari kata Arab) yang berarti pelikan. Nama julukan pulau ini ialah "The Rock" (Batu Karang).

        Di tempat ini juga terdapat mercusuar tertua yang masih beroperasi di Pantai Barat Amerika Serikat. Kini tempat ini menjadi koloni burung-burung laut, umumnya burung camar barat, cormorant, gannet dan egret.

        Dari pulau ini orang dapat melihat pemandangan yang indah di sepanjang pantai San Francisco. Pulau ini juga menjadi titik berangkat pertandingan triatlon "Kabur dari Alcatraz".

        Alcatraz pertama-tama dibangun sebagai instalasi militer pada 1850 dan kemudian diubah menjadi penjara militer hingga 1933. Barak hukuman di Alcatraz kemudian diambilalih oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada 12 Oktober 1933.

        Pulau ini menjadi penjara federal pada Agustus 1934. Penjara ini ditujukan untuk narapidana yang sering membuat masalah di penjara federal Amerika lainnya (meloloskan diri, membuat keonaran, pembunuhan sesama napi dan sebagainya).

        Selama 29 tahun penggunaannya, di penjara mendekam penjahat-penjahat terkenal kelas kakap seperti Al Capone, Robert Franklin Stroud (manusia burung dari Alcatraz) dan Alvin Karpis, yang ditahan di Alcatraz jauh lebih lama daripada tahanan manapun.

        Pada masa operasinya, penjara ini mengklaim tidak ada satupun narapidana yang berhasil meloloskan diri, meskipun seperti umumnya penjara, ada saja penghuninya yang berupaya meloloskan diri, tetapi selalu gagal.

        Sekitar 36 napi melakukan 14 kali usaha meloloskan diri, dua orang mencoba 2 kali, 23 tertangkap, enam lainnya tewas ditembak saat mencoba, dua tenggelam dan lima sisanya dinyatakan "hilang dan kemungkinan tenggelam".

        Pulau ini juga ditampilkan dalam film pada 1996 dengan judul  "The Rock". Puluhan film, termasuk "Escape From Alcatraz" dan "X-Men: The Last Stand" telah menampilkan Alcatraz sejak 1937.

    
                                       Kesamaan
        Mungkin karena adanya kesamaan antara Alcatraz dan Nusakambangan, yaitu sama-sama sebuah pulau itulah, ada media asing yang menyebut Nusakambangan sebagai "Alcatraz"-nya Indonesia.

        Deutsche Welle (DW), media penyiaran internasional yang berbasis di Jerman pun mengulas keberadaan pulau ini.

        Penjara di tepi Cilacap itu kini menjadi simbol perang terhadap perdagangan narkoba yang dilancarkan pemerintah Indonesia sebagai reaksi atas maraknya peredaran hingga pada titik darurat narkoba.

        DW yang merangkum informasi dari Kantor Berita Prancis (AFP), Kantor Berita dari Inggris (Reuter), Kantor Berita Jerman (DPA) serta Kantor Berita Antara (Indonesia) menyebutkan, di hari-hari belakangan ini Pulau Nusakambangan kembali menjadi pusat perhatian.

        "Menjelang eksekusi mati terhadap terpidana asing, media-media internasional mendaulat penjara di tepi Cilacap itu sebagai 'Alcatraz-nya Indonesia'".

        "Dibangun pada era penjajahan Belanda, Nusakambangan kini menjadi simbol perang melawan narkoba dan menampung narapidana kelas berat. Tidak heran jika penjagaan ketat terlihat di berbagai sudut pulau," sebut DW dalam satu sajian informasinya.

        Pengunjung harus mendapat izin khusus dari kementerian untuk menjejak di penjara Nusakambangan. Kecuali pegawai pemerintah atau pengacara, cuma keluarga narapidana saja yang secara rutin diizinkan masuk.

        DW mengilustrasikan Nusakambangan dengan menyebutkan, tujuh bangunan penjara, ditambah dengan tiga penjara khusus berpenjagaan ketat "buat narapidana berisiko tinggi".

        Situasi di Nusakambangan yang biasanya adem dan ramai turis, kini mulai mencekam menjelang eksekusi mati terhadap terpidana narkoba. Hampir secara rutin sekelompok orang berdemonstrasi di Pelabuhan Cilacap untuk mendukung hukuman mati.

        Sejumlah nama terkenal pernah terdaftar menjadi penghuni Nusakambangan. Mulai dari Johny Indo yang tenar lantaran melarikan diri (walaupun gagal), pengusaha Bob Hasan hingga trio bom bali 2002, Imam Samudera, Amrozi dan Ali Ghufron.

        Saat ini sekitar 134 orang sedang menunggu eksekusi mati, 38 di antaranya adalah warga negara asing. Seperti juga Amrozi cs, sebagian akan mendapati ajal di Bukit Nirbaya, lokasi eksekusi yang dulunya merupakan penjara. Sementara yang lain bisa juga berujung di Lapangan Tembak Limusbuntu.

    
                                       Terluar
        Media asing lainnya menyebutkan, Nusakambangan adalah nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap dan tercatat dalam daftar pulau terluar Indonesia.

        Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan khusus yang dikelola oleh  Kementerian Hukum dan HAM RI, yaitu dari Pelabuhan Sodong selama kurang lebih lima menit dan bersandar di Pelabuhan feri Wijayapura di Cilacap.

        Feri penyeberangan khusus ini juga dinakhodai dan diawaki oleh Petugas Pemasyarakatan (pegawai LP), bukan dari Kementerian Perhubungan, khusus untuk kepentingan transportasi pemindahan narapidana dan juga melayani kebutuhan tranportasi pegawai LP beserta keluarganya.

        Pulau Kambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, selain sering digunakan untuk latihan militer, juga merupakan habitat bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar. Saat ini yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah dan belukar.

        Kayu plahlar (Dipterocarpus litoralis) yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu meranti dari Kalimantan.

        Secara tradisional, penerus dinasti Kesultanan Mataram sering melakukan ritual di pulau ini dan menjadikannya sebagai "hutan ritual". Di bagian barat pulau, di sebuah gua yang terletak di areal hutan bakau, ada semacam prasasti peninggalan zaman VOC.

        Di ujung timur, di atas bukit karang, berdiri mercusuar Cimiring dan benteng kecil peninggalan Portugis.

        Berbagai macam tumbuhan khas ritual budaya Jawa ditanam di sini. Nusakambangan tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan wijayakusuma yang sejati. Dari sinilah nama pulau ini berasal: Nusa Kembangan yang berarti "pulau bunga-bungaan".

        Wilayah selatan pulau menghadap langsung ke Samudera Hindia dengan pantai berkarang dan ombak besar. Wilayah utara menghadap Cilacap dan dikelilingi kampung-kampung nelayan sepanjang hutan bakau, antara lain, Kampung Laut dan Jojog.

        Sejatinya, Nusakambangan adalah nama pulau, bukan nama penjara karena tidak ada satupun nama penjara atau Lapas yang ada di Indonesia ini yang bernama demikian.

        Semula terdapat sembilan LP di Nusakambangan (untuk narapidana dan tahanan politik), namun kini yang masih beroperasi hanya tinggal empat, yaitu LP Batu (dibangun 1925), LP Besi (dibangun 1929), LP Kembang Kuning (tahun 1950) dan LP Permisan (tertua dibangun 1908).

        Sebagian masyarakat dunia melalui bidikan kamera media sedang menunggu kabar baru dari "Alcatraz"-nya Indonesia.

Pewarta :
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024