Jayapura (Antara News) - Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura menemukan situs peninggalan misionaris Australia di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua.
"Situs peninggalan ini berupa gereja tua, rumah misionaris, lapangan terbang, dan kolam tempat pembaptisan," kata staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, di Kota Jayapura, Papua, Senin.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda dibawah pimpinan Gubernur van Wardenberg mengizinkan zending Asia Pacific Christian Mission dari Melbourne, Australia, untuk membangun pos pekabaran Injil di wilayah Lembah Baliem bagian barat yakni di Kelila, Mamberamo Tengah.
Para Misionaris Australia itu membangun sarana fisik berupa gedung gereja dan rumah misionaris berdasarkan konstruksi rumah dari Australia, lalu disesuaikan dengan iklim tropis dan bahan-bahan lokal setempat.
"Sebagian bahan bangunan untuk membangun Gereja tua Antiokhia dan rumah misionaris didatangkan langsung dari Melbourne, Australia," katanya
Misionaris Australia itu dibawah koordinator Bert Power, Lion Delinger, dan Garbert Ericson dengan dibantu warga setempat yang berasal dari Suku Lani membuat lapangan terbang kecil.
"Suku Lani yang membantu pembuatan lapangan terbang dan mereka diberi upah potongan aluminium berukuran 282 centimeter, garam, dan mata uang berbentuk kulit kerang," katanya.
Lapangan terbang yang dibangun secara bersama itu, kata Suroto, selesai dikerjakan dalam waktu tiga pekan dan diuji coba pendaratan pertama kali oleh pilot Dave Steiger dengan menerbangkan pesawat Cessna 180 Skywagon milik Mission Aviation Fellowship (MAF).
"Misionaris juga membuat kolam pembabtisan dan diberi nama kolam Yordan, kolam ini digunakan oleh misionaris Bert Power untuk membaptis delapan orang dari Suku Lani sebagai jemaat mula-mula atau pertama," katanya.
Alumnus Universitas Udayana Bali itu menyampaikan Situs Pekabaran Injil di Distrik Kelila perlu dilestarikan, karena menjadi bukti sebagai pusat peradaban di Pegunungan Tengah Papua.
Sebelumnya, Balai Arkeologi Jayapura, juga menemukan tradisi penguburan masa prasejarah yang hingga saat ini masih dilakukan oleh Suku Lani di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah.
"Situs peninggalan ini berupa gereja tua, rumah misionaris, lapangan terbang, dan kolam tempat pembaptisan," kata staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, di Kota Jayapura, Papua, Senin.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda dibawah pimpinan Gubernur van Wardenberg mengizinkan zending Asia Pacific Christian Mission dari Melbourne, Australia, untuk membangun pos pekabaran Injil di wilayah Lembah Baliem bagian barat yakni di Kelila, Mamberamo Tengah.
Para Misionaris Australia itu membangun sarana fisik berupa gedung gereja dan rumah misionaris berdasarkan konstruksi rumah dari Australia, lalu disesuaikan dengan iklim tropis dan bahan-bahan lokal setempat.
"Sebagian bahan bangunan untuk membangun Gereja tua Antiokhia dan rumah misionaris didatangkan langsung dari Melbourne, Australia," katanya
Misionaris Australia itu dibawah koordinator Bert Power, Lion Delinger, dan Garbert Ericson dengan dibantu warga setempat yang berasal dari Suku Lani membuat lapangan terbang kecil.
"Suku Lani yang membantu pembuatan lapangan terbang dan mereka diberi upah potongan aluminium berukuran 282 centimeter, garam, dan mata uang berbentuk kulit kerang," katanya.
Lapangan terbang yang dibangun secara bersama itu, kata Suroto, selesai dikerjakan dalam waktu tiga pekan dan diuji coba pendaratan pertama kali oleh pilot Dave Steiger dengan menerbangkan pesawat Cessna 180 Skywagon milik Mission Aviation Fellowship (MAF).
"Misionaris juga membuat kolam pembabtisan dan diberi nama kolam Yordan, kolam ini digunakan oleh misionaris Bert Power untuk membaptis delapan orang dari Suku Lani sebagai jemaat mula-mula atau pertama," katanya.
Alumnus Universitas Udayana Bali itu menyampaikan Situs Pekabaran Injil di Distrik Kelila perlu dilestarikan, karena menjadi bukti sebagai pusat peradaban di Pegunungan Tengah Papua.
Sebelumnya, Balai Arkeologi Jayapura, juga menemukan tradisi penguburan masa prasejarah yang hingga saat ini masih dilakukan oleh Suku Lani di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah.