Kendari  (Antara News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan seiring dengan berkurangnya jumlah buta aksara di Indonesia maka pendekatan penanganan keaksaraan dari numerik ke e-literacy.

            "Salah satu aspek penting agar sebuah bangsa bisa keluar sebagai pemenang di abad ini adalah kemampuannya untuk meningkatkan information literacy masyarakatnya," kata Nuh dalam sambutannya pada acara puncak Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Nasional Ke-49 di Kendari, Sabtu.

           Bila hal tersebut dapat dilaksanakan, menurut dia, akan muncul kekuatan information competency, yaitu kemampuan untuk mendayagunakan informasi yang diperolehnya untuk meningkatkan  aktivitas sehari-hari.

           "Tanpa mengenal keaksaraan, tidak mungkin mengenal pengetahuan dan kemampuan kita. Oleh karena itu, selain keaksaraan alpabetik dan numerik, kita juga harus mulai meningkatkan keaksaraan sosial dan e-literacy. Itu yang harus kita lakukan lebih baik lagi saat inin" katanya.

           Ia mengatakan bahwa keaksaraan yang berikutnya harus terus-menerus ditingkatkan. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.

             "SDM ditentukan oleh pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita. Dan, penggerak utamanya adalah pendidikan. Hasil studi Bank Dunia dan UNESCO justru pendidikan jadi penggerak utama pendapatan per kapita dan kesehatan itu," katanya.

         Sementara itu, Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad dalam laporannya menyatakan peringatan Hari Aksaran Internasional (HAI) Ke-49 di Kendari merupakan peringatan di penghubung pengukuran pencapaian tujuan pembangunan milenium dan pendidikan untuk semua (EFA) 2000--2015.

            Selain itu, peringatan HAI tingkat nasional di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang mempunyai 70 persen pulau-pulau terpencil, tetapi mampu mencapai tingkat keaksaraan 96 persen.

           Hamid lebih lanjut mengatakan bahwa Indonesia merupakan tiga negara dari sembilan negara berpenduduk besar (E-9 countries) yang capaian tingkat keaksaraannya serta capaian tujuan pendidikan untuk semua (PUS/EFA) dinilai sangat pesat.

          Ia mengatakan pada bulan September 2014 dengan berbagai upaya Indonesia telah berhasil menurunkan angka niraksara orang dewasa hingga tersisa 3,68 persen atau sekitar 6,17 juta orang.

           Selain itu, disparitas antarprovinsi kian membaik, terdapat dua provinsi dengan persentase di atas 10 persen, dan tujuh provinsi dengan jumlah niraksara di atas 200.000 orang dengan terus mengurangi disparitas gender melalui berbagai program berpihak perempuan marginal karena kebanyakan penduduk niraksara adalah perempuan (4,1 juta jiwa).

            Capaian ini merupakan prestasi tersendiri bagi Indonesia karena Indonesia berhasil melampaui target PUS, yaitu dengan memangkas setengah jumlah penduduk niraksara pada tahun 2015 dan mengurangi disparitas gender.

          Acara puncak HAI Ke-49 dihadiri Gubernur Sulawesi Tenggara Nur alam, anggota DPR RI, DPD RI, gubernur/bupati penerima anugerah Aksara 2014.


Pewarta : Oleh Zita Meirina
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024