Wangiwangi (Antara News) - Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mengusulkan dermaga Panggulubelo jadi pelabuhan transit di Kawasan Timur Indonesia selain Makassar, Sulawesi Selatan, kepada Kementerian Perhubungan RI.
Bupati Wakatobi Hugua di Wangiwangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Selasa, mengatakan pihaknya mengusulkan pelabuhan tersebut jadi pelabuhan transit di KTI untuk mendukung program pemerintahan baru yang akan membangun tol laut.
"Wakatobi memiliki posisi strategis dalam program tol laut pemerintahan baru, karena terletak di jalur pelayaran kapal-kapal nasional dari kawasan barat ke KTI atau sebaliknya," katanya.
Menurut dia, tol laut yang akan menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dari Sabang hingga Merauke, membutuhkan penghubung atau cabang-cabang untuk menyambungkan perjalanan penumpang atau angkutan barang dari kapal besar ke daerah-daerah terpencil, sebagai tujuan distrubsi.
Wakatobi yang terletak di jalur pelayaran kapal-kapal nasional tersebut, kata dia, potensial untuk memainkan peran sebagai penghubung pelabuhan laut di KTI.
"Kalau peran ini bisa dimainkan secara efektif, bisa menumbuhkan kawasan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia," katanya.
Hal itu, katanya, memungkinkan karena antarwilayah kabupaten seperti Wakatobi-Lembata di NTT atau Wakatobi dengan kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Utara, Maluku, Papua, dan Bali yang selama ini tidak pernah bertukar barang dan jasa secara langsung, dengan tol laut dan Wakatobi jadi penghubungnya, bisa menyambungkan distribusi barang di semua kabupaten di KTI tersebut.
"Pelabuhan Panggulubelo saat ini telah diperpanjang dan diperlebar sehingga kapal-kapal Pelni sudah bisa leluasa bersandar di dermaga tanpa harus meminggirkan kapal-kapal lain yang berlabuh di dermaga tersebut," katanya.
Menurut dia, distribusi barang dari pulau ke pulau (dari Sabang sampai Merauke) dalam kapasitas besar hanya bisa menggunakan transportasi kapal laut, sedangkan sarana transportasi darat, seperti mobil, kerata api, dan transportasi udara, kapasitas angkutannya terbatas.
"Transportasi darat terbatas kapasitas angkutnya karena hanya bisa mendistribusikan barang dan jasa di wilayah-wilayah kabupaten dan kota yang masih tersambung dengan daratan, sedangkan transportasi udara membutuhkan biaya tinggi," katanya.
Oleh karena itu, ujar dia, dibutuhkan tol laut untuk melancarkan arus transportasi barang dan jasa di seluruh wilayah Nusantara sehingga disparitas harga barang antarkawasan tidak terlalu jauh.
Bupati Wakatobi Hugua di Wangiwangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Selasa, mengatakan pihaknya mengusulkan pelabuhan tersebut jadi pelabuhan transit di KTI untuk mendukung program pemerintahan baru yang akan membangun tol laut.
"Wakatobi memiliki posisi strategis dalam program tol laut pemerintahan baru, karena terletak di jalur pelayaran kapal-kapal nasional dari kawasan barat ke KTI atau sebaliknya," katanya.
Menurut dia, tol laut yang akan menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dari Sabang hingga Merauke, membutuhkan penghubung atau cabang-cabang untuk menyambungkan perjalanan penumpang atau angkutan barang dari kapal besar ke daerah-daerah terpencil, sebagai tujuan distrubsi.
Wakatobi yang terletak di jalur pelayaran kapal-kapal nasional tersebut, kata dia, potensial untuk memainkan peran sebagai penghubung pelabuhan laut di KTI.
"Kalau peran ini bisa dimainkan secara efektif, bisa menumbuhkan kawasan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia," katanya.
Hal itu, katanya, memungkinkan karena antarwilayah kabupaten seperti Wakatobi-Lembata di NTT atau Wakatobi dengan kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Utara, Maluku, Papua, dan Bali yang selama ini tidak pernah bertukar barang dan jasa secara langsung, dengan tol laut dan Wakatobi jadi penghubungnya, bisa menyambungkan distribusi barang di semua kabupaten di KTI tersebut.
"Pelabuhan Panggulubelo saat ini telah diperpanjang dan diperlebar sehingga kapal-kapal Pelni sudah bisa leluasa bersandar di dermaga tanpa harus meminggirkan kapal-kapal lain yang berlabuh di dermaga tersebut," katanya.
Menurut dia, distribusi barang dari pulau ke pulau (dari Sabang sampai Merauke) dalam kapasitas besar hanya bisa menggunakan transportasi kapal laut, sedangkan sarana transportasi darat, seperti mobil, kerata api, dan transportasi udara, kapasitas angkutannya terbatas.
"Transportasi darat terbatas kapasitas angkutnya karena hanya bisa mendistribusikan barang dan jasa di wilayah-wilayah kabupaten dan kota yang masih tersambung dengan daratan, sedangkan transportasi udara membutuhkan biaya tinggi," katanya.
Oleh karena itu, ujar dia, dibutuhkan tol laut untuk melancarkan arus transportasi barang dan jasa di seluruh wilayah Nusantara sehingga disparitas harga barang antarkawasan tidak terlalu jauh.