Kupang (Antara News) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengatakan harga kebutuhan pokok yang berada di pasar tradisional Kota Kupang ibu kota provinsi kepulauan itu masih realtif stabil di hari-hari jelang Idul Fitri 1435 Hijriah.

         "Ada kenaikan namun tidak signifikan dan tidak untuk semua komuditi," kata Frans Lebu Raya didampingi Wali Kota Kupang Jonas Salean, Kepala BI Naek Tigor Sinaga, Kadis Perindag  Bruno Kupok saat memantau harga pasar di Pasar Kasih Naikoten I Kota Kupang, Jumat.

         Menurut Lebu Raya, masih belum terjadinya lonjakan harga kebutuhan pokok di pasaran tersebut, disebabkan oleh karena tersediannya stok yang ada di pasaran, yang sejalan dengan jumlah permintaan.

         "Kita memiliki stok yang cukup sehingga harga barang tetap stabil. Jika pun ada kenaikan tidak terlalu memberatkan pembeli," ucapnya.

         Lebu Raya mengatakan, kenaikan harga yang biasa terjadi jelang perayaan hari raya, akan sangat berpengaruh kepada kemungkinan tingginya inflasi di daerah. Karena itu, ketua DPD PDI Perjuangan Nusa Tenggara Timur itu berharap, agar stabilitas harga itu akan terus terjadi hingga akhir Idul Fitri tahun ini.

         Kepala Dinas Perindustrian dan Perdangangan Nusa Tenggara Timur Bruno Kupok, mengatakan, Pemerintah Nusa Tenggara Timur memiliki stoko kebutuhan yang sangat cukup untuk perayaan Lebaran tahun ini.

         Hal inilah, yang menyebabkan harga komuditas di pasaran tradisional daerah ini, masih bisa terjangkau. "Memang ada kenaikan namun tidak signifikan dan hanya untuk beberapa komuditas saja," kata Bruno.

         Dia mengaku, kondisi harga di pasaran ini, selalu terpantau setiap harinya, untuk kepentingan penyediaan stok kebutuhan oleh pemerintah, agar bisa lebih mudah diperoleh masyarakat. "Jika stok tersedia, maka dengan sendirinya harga akan stabil," katanya.

         Terhadap kemungkinan akan terjadinya penimbunan, Bruno mengaku pesimis, terhadap perilaku penimbunan oleh spekulan tersebut.

         Menurut dia, dalam kondisi stok tersedia, spekulan tidak akan berani melakukan penimbunan, karena akan sangat merugikan dari aspek ekonomis. "Karena itu pemerintah optimistis tidak akan terjadi penimbunan, yang akan mengganggu kondisi harga di pasaran," karta Bruno.

         Masyarakat, kata Bruno diharap untuk tidak membeli barang kebutuhan dalam jumlah besar (borongan) sehingga tidak mengganggu stok di lapangan, karena semua stok sangat cukup untuk penuhi kebutuhan lebaran tahun ini.

         Sementara itu seorang pedangan beras Markus Taek, mengaku, harga beras lokal yang dijualnya saat ini, mengalami penurunan dari sebelumnya Rp9.500/kg, saat ini dijual dengan harga Rp8.500/kg. Hal itu kata dia, karena pasokan beras lokas saat ini sedang banyak. "Sekarang saatnya masa panen sehingga harga beras lokal menjadi murah," katanya.

         Tuminah (56), pedagang ayam potong, mengaku dagangannya itu mengalami kenaikan harga jual, karena pasokan yang berkurang. Dia mengatakan, saat ini harga jual ayam potong berkisar antara Rp56 ribu/ekor sampai Rp65 ribu/ekornya, dari sebelumnya dijual dengan ukuran yang sama berkisar Rp45 ribu/ekor sampai Rp50 ribu/ekornya. "Harga sudah naik dari tempat produksinya, karenannya kami sesuaikannya dengan naikan harganya. Apalagi pasokannya mulai berkurang," kata Tuminah.

         Berbeda dengan ayam, harga daging sapi masih stabil dijual dengan harga Rp75 ribu/kg. "Tak ada kenaikan karena daging tersedia, permintaan juga masih normal," kata seorang pedagang daging sapi Daniel Kiuk.

         Menurut dia, masyarakat masih memiliki alternatif daging lainnya, sehingga permintaan terhadap daging sapi relatif masih sangat stabil dan tidak ada peningkatan signifikan. Hal itulah yang menyebabkan harga tetap stabil, karena stopk tersedia.

         Sementara itu, Novi Panda (47) seorang pedagang telur ayam mengaku, harga jual telur masih dijual seharga Rp42 ribu/rak. Harga ini sudah naik sejak pertengahan bulan puasa lalu. "Stok masih cukup karena itu harga juga masih seperti di awal puasa lalu," katanya.

Pewarta : Oleh Yohanes Adrianus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024