Jakarta,  (Antara News) - Pemerintah akan melelang obligasi atau surat utang negara (SUN) dalam mata uang rupiah dengan jumlah indikatif Rp10 triliun pada 4 Maret 2014.

        Keterangan tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan melalui laman resminya, Jumat, menyebutkan penjualan SUN melalui lelang itu untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2014.

        SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp1 juta. Terdapat enam seri SUN yang akan dilelang, yaitu seri SPN03140605 (penerbitan baru), SPN12150305 (penerbitan baru), FR0069 (penjualan kembali), FR0070 (penjualan kembali), FR0071 (penjualan kembali) dan FR0067 (penjualan kembali).

        Pembayaran bunga untuk SPN03140605 dilakukan secara diskonto, SUN ini akan jatuh tempo 5 Juni 2014. Pembayaran bunga SPN12150305  juga secara diskonto dan akan jatuh tempo 5 Maret 2015.

        Seri FR0069 memiliki tingkat bunga tetap 7,88 persen dan jatuh tempo 15 April 2019. Seri FR0070 memiliki tingkat bunga tetap 8,38 persen dan jatuh tempo 15 Maret 2024.

        Seri FR0071 memiliki tingkat bunga tetap 9,00 persen dan jatuh tempo 15 maret 2029. Seri FR0067 dengan tingkat bunga tetap 8,75 persen dan jatuh tempo 15 Februari 2044.

        Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka dan menggunakan metode harga beragam.

        Pemerintah memiliki hak untuk menjual keenam seri SUN tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah indikatif yang ditentukan.

        Sementara itu dalam lelang empat seri sukuk negara pada 25 Februari 2014, pemerintah menyerap dana sebesar Rp1 triliun dari penawaran yang masuk sebesar Rp5,69 triliun.

        Jumlah Rp1 triliun itu berasal dari seri SPN-S12082014 dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,17 persen. Pemerintah tidak menyerap penawaran yang masuk dari tiga seri lainnya yaitu PBS003, PBS005 dan PBS006.

        Penawaran yang masuk untuk seri SPN-S12082014 sebesar Rp4,72 triliun dengan imbal hasil terendah masuk 6,06 persen dan tertinggi 7,00 persen.

Pewarta : oleh Agus Salim
Editor :
Copyright © ANTARA 2024