Kendari (ANTARA News) - Para petani yang selama ini bercocok tanam di lahan kering harus mendapat dorongan untuk menerapkan sistem pertanian terpadu agar terhindar dari gagal panen, kata pakar pertanian Universitas Haluoleo Kendari, Prof. Dr. Ir. Gusti Ray Sadimantara, MSc.

"Petani lahan kering harus mengembangkan tanaman variatif agar peluang mencapai sukses produksi lebih terjamin. Lain halnya dengan petani sawah harus fokus tanam padi sawah," kata Gusti Ray yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari itu di Kendari, Senin.

Ia mengharapkan petani di lahan kering membudidayakan tanaman holtikultura, bahkan kalau lahan memungkinkan mereka ikut menanam tanaman industri dan hutan.

"Di sela-sela pohon tanaman ubi kayu dapat menanam keladi atau ubi jalar. Kalau penjualan ubi kayu jatuh harga atau diserang hama ada kemungkinan beruntung pada tanaman keladi atau ubi jalar. Makanya petani harus didorong menanam tanaman bervariasi," katanya.

Ia mengemukakan pentingnya petani mendapat motivasi membudidayakan tanaman sesuai dengan musim yang artinya kalau musim kemarau dapat menanam kacang tanah atau semangka.

"Dengan demikian petani tidak menganggur atau kehilangan peluang sepanjang tahun. Inilah peran-peran yang harus dimainkan kaum intelektual atau sarjana alumni agrobisnis," katanya.

Selain itu, katanya, petani harus pula optimis karena selain tanaman pangan, tanaman industri, seperti kelapa sawit dan tanaman hutan berupa kayu, juga dapat mengembangkan potensi peternakan.

"Dalam areal tanaman industri dapat mengembangkan peternakan sapi atau ayam. Saat hasil panen dari tanaman holtikultura anjlok dapat menjual sapi atau ayam. Yakinlah bahwa petani memiliki sejuta peluang untuk meniti masa depan," kata Sadimantara.

Peraih gelar doktor industri hasil pertanian tersebut tampil sebagai pembicara kunci di hadapan petani yang juga warga transmigrasi UPT Arongo, Kabupaten Konawe Selatan, dalam loka karya revitalisasi kelembagaan desa dan produksi hasil pertanian.

Pewarta : Oleh: Sarjono
Editor :
Copyright © ANTARA 2024