Kendari, (ANTARA News) - Pengelola Museum Sulawesi Tenggara (Sultra) mengaku kesulitan menambah koleksi benda-benda bersejarah di karena keterbatasan anggaran.
Kepala Museum Sultra Munir Herman, di Kendari, Senin, mengatakan hingga saat ini jumlah koleksi museum Sultra hanya 5.000 unit dari 10 jenis benda koleksi.
"Jumlah itu sudah bertahun-tahun tidak ada penambahan karena kami tidak memiliki anggaran untuk mencari koleksi baru di beberapa daerah di Sultra," katanya.
Ia mengatakan, sejak otonomi daerah diberlakukan, perhatian pemerintah terhadap museum sudah kurang, terbukti minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan museum.
Dikatakannya, selain untuk pengadaan koleksi, museum juga membutuhkan anggaran yang besar untuk biaya perawatan benda-benda bernilai sejarah tersebut.
"Pemerintah harus menambah barang koleksi baru sehingga ke depan orang tidak menyebutkan museum itu gudang barang antik, bahkan ada yang menganggapnya sebagai gudang barang rongsokan," ujarnya.
Ia mengatakan, jangankan anggaran penambahan koleksi benda bersejarah dan perawatan koleksi, untuk sosialisasi keberadaan dan pentingnya museum kepada masyarakat luas saja tidak ada anggaran.
"Kita akui, masyarakat luas saat ini sudah banyak yang tidak mengetahui lagi keberadaan museum ini, kecuali orang-orang tua dan pernah mengabdikan diri di Museum Sultra," katanya.(Ant).
Kepala Museum Sultra Munir Herman, di Kendari, Senin, mengatakan hingga saat ini jumlah koleksi museum Sultra hanya 5.000 unit dari 10 jenis benda koleksi.
"Jumlah itu sudah bertahun-tahun tidak ada penambahan karena kami tidak memiliki anggaran untuk mencari koleksi baru di beberapa daerah di Sultra," katanya.
Ia mengatakan, sejak otonomi daerah diberlakukan, perhatian pemerintah terhadap museum sudah kurang, terbukti minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan museum.
Dikatakannya, selain untuk pengadaan koleksi, museum juga membutuhkan anggaran yang besar untuk biaya perawatan benda-benda bernilai sejarah tersebut.
"Pemerintah harus menambah barang koleksi baru sehingga ke depan orang tidak menyebutkan museum itu gudang barang antik, bahkan ada yang menganggapnya sebagai gudang barang rongsokan," ujarnya.
Ia mengatakan, jangankan anggaran penambahan koleksi benda bersejarah dan perawatan koleksi, untuk sosialisasi keberadaan dan pentingnya museum kepada masyarakat luas saja tidak ada anggaran.
"Kita akui, masyarakat luas saat ini sudah banyak yang tidak mengetahui lagi keberadaan museum ini, kecuali orang-orang tua dan pernah mengabdikan diri di Museum Sultra," katanya.(Ant).