Kolaka (ANTARA News) - Tim Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menjajaki potensi pengembangan industri pengolahan kakao di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ketua Tim Kemenlu RI, Trie Edi Mulyono saat melakukan pertemuan dengan Bupati Kolaka, Buhari Matta di Kolaka, Rabu, mengatakan, kedatangan mereka ke kabupaten itu dalam rangka mengembangkan potensi perkebunan kakao di daerah itu, khususnya pengembangan kakao dalam bentuk olahan guna meningkatkan pendapatan petani.
"Produksi kakao Indonesia selama ini cukup besar, namun pendapatan petani sangat kecil karena masih dijual dalam bentuk biji. Oleh karena itu kami akan membantu bagaimana kakao Indonesia bisa diekspor dalam bentuk olahan," kata Trie.
Menurut Trie, Kabupaten Kolaka menjadi sasaran dalam kunjungan Tim Kemenlu RI untuk dikembangkan karena merupakan salah satu daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia timur.
Oleh karena itu, kata Trie, pihaknya akan mengumpulkan data untuk dibuat dalam bentuk buku yang memuat kondisi Sultra, khususnya Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari sebagai daerah penghasil pertanian dan perkebunan.
"Buku inilah nantinya akan dijadikan salah satu alat atau sarana informasi dan promosi kepada negera-negara asing di Amerika dan Eropa, dan pihak Kementerian Luar Negeri juga akan mengundang investor luar negeri untuk menjadi interkoneksi dalam kerja sama pengembangan kakao ini," ujarnya.
Kedatangan tim Kemenlu RI ini, lanjut Trie, sebagai langkah awal untuk menghadirkan investor luar negeri ke Kolaka atau Indonesia dengan melirik potensi perkebunan kakao untuk dikembangkan industri pengolahan.
"Potensi kakao di Kolaka sangat menjanjikan dan sudah saatnya kakao Indonesia diekspor dalam bentuk olahan," ujar Trie.
Sementara itu Bupati Kolaka, Buhari Matta sangat mengapresiasi kehadiran tim Kemenlu RI untuk menjajaki pengembangan potensi perkebunan kakao di daerah itu.
Buhari berharap rencana program pengembangan industri pengolahan kakao di daerah itu bisa terwujud seperti halnya pengembangan indutsri pengolahan kelapa sawit yang kini sudah mulai beroperasi mengolah minyak sawit (CPO).
Ketua Tim Kemenlu RI, Trie Edi Mulyono saat melakukan pertemuan dengan Bupati Kolaka, Buhari Matta di Kolaka, Rabu, mengatakan, kedatangan mereka ke kabupaten itu dalam rangka mengembangkan potensi perkebunan kakao di daerah itu, khususnya pengembangan kakao dalam bentuk olahan guna meningkatkan pendapatan petani.
"Produksi kakao Indonesia selama ini cukup besar, namun pendapatan petani sangat kecil karena masih dijual dalam bentuk biji. Oleh karena itu kami akan membantu bagaimana kakao Indonesia bisa diekspor dalam bentuk olahan," kata Trie.
Menurut Trie, Kabupaten Kolaka menjadi sasaran dalam kunjungan Tim Kemenlu RI untuk dikembangkan karena merupakan salah satu daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia timur.
Oleh karena itu, kata Trie, pihaknya akan mengumpulkan data untuk dibuat dalam bentuk buku yang memuat kondisi Sultra, khususnya Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari sebagai daerah penghasil pertanian dan perkebunan.
"Buku inilah nantinya akan dijadikan salah satu alat atau sarana informasi dan promosi kepada negera-negara asing di Amerika dan Eropa, dan pihak Kementerian Luar Negeri juga akan mengundang investor luar negeri untuk menjadi interkoneksi dalam kerja sama pengembangan kakao ini," ujarnya.
Kedatangan tim Kemenlu RI ini, lanjut Trie, sebagai langkah awal untuk menghadirkan investor luar negeri ke Kolaka atau Indonesia dengan melirik potensi perkebunan kakao untuk dikembangkan industri pengolahan.
"Potensi kakao di Kolaka sangat menjanjikan dan sudah saatnya kakao Indonesia diekspor dalam bentuk olahan," ujar Trie.
Sementara itu Bupati Kolaka, Buhari Matta sangat mengapresiasi kehadiran tim Kemenlu RI untuk menjajaki pengembangan potensi perkebunan kakao di daerah itu.
Buhari berharap rencana program pengembangan industri pengolahan kakao di daerah itu bisa terwujud seperti halnya pengembangan indutsri pengolahan kelapa sawit yang kini sudah mulai beroperasi mengolah minyak sawit (CPO).