Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam lamannya (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/benteng-keraton-buton-kota-baubau/) menyatakan bahwa Benteng Keraton Buton di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah situs cagar budaya.
Dengan nomor inventarisasi 459, Surat Keputusan (SK) Penetapan Situs itu adalah KM.8/PW.007/MKP-03, tanggal 4 Maret 2003 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardika.
Apa yang menarik dari Benteng Keraton Buton di Kota Baubau?
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa benteng tersebut dijuluki sebagai bukan saja yang terluas di Indonesia, namun juga terluas di tingkat dunia.
Dalam perspektif para pengkaji masalah kesejarahan dan budaya, benteng tersebut tentu menarik untuk terus digali karena tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kesultanan Buton, mengingat kerajaan inilah yang melatarbelakangi berdirinya benteng tersebut.
Terlebih, Baubau adalah eks pusat kerajaan dan kesultanan Buton.
Sedangkan bagi pelancong wisata dan budaya, jika dirujuk pada berbagai media sosial, barangkali sudah ribuan orang yang memajang diri dengan latar belakang benteng yang juga dikenal sebagai Benteng Wolio itu.
"Jika masyarakat dunia mengenal ada Tembok Raksasa di China atau The Great Wall of China, kita di Indonesia, khususnya di Baubau ini punya benteng terpanjang yang juga harus diketahui dunia," kata Wali Kota Baubau Dr AS Tamrin dalam perbincangan dengan ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/12) 2020.
Usai berdiskusi dengan pakar pertanahan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Joyo Winoto, M.Sc, yang juga Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) masa bakti 2005-2012 itu, ia menegaskan bahwa kini Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau sedang berupaya menjadikan Benteng Keraton Buton sebagai situs warisan dunia.
"Tentu tak mudah, namun upaya sedang dan terus dilakukan sehingga ikhtiar Benteng Keraton Buton sebagai situs warisan dunia dapat diwujudkan dengan sinergi bersama," kata doktor Ilmu Pemerintahan lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, Jabar itu.
Penelitian disertasi S-3 AS Tamrin di IPDN adalah terkait "Polima", yakni bentuk kearifan lokal falsafah Kesultanan Buton yang terdiri atas "pomaamaasiaka" (saling menyayangi), "pomaemaeka" (selalu merasa malu untuk berbuat negatif/tabu) , "popiapiara" (saling peduli), "poangkaangkataka" (saling menghargai), dan "pobincibinciki kuli" (tidak saling mencubit jika akan sama-sama merasakan sakit),
sebagai upaya membumikan filsafat "Sara Pataanguna", yang diimplementasikannya dalam pemerintahan di Kota Baubau.
Ia menjelaskan bahwa pada pra kongres Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Baubau, pada 2017, tepatnya Senin (20/11) disampaikan bahwa sudah sejak lama Pemkot Baubau berupaya menjadikan Benteng Keraton Buton itu dapat diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) sebagai warisan dunia.
Namun, upaya tersebut dengan berbagai kendala yang ada masih belum bisa diwujudkan.
Pencanangan
Dalam upaya menuju cita-cita menjadikan Benteng Keraton Buton menjadi warisan dunia, AS Tamrin telah mencanangkan penataan benteng tersebut.
Penataan itu diikuti pengembangan berupa infrastruktur pendukung untuk kepentingan pariwisata sehingga ada keterpaduan.
Sebenarnya, Pemkot BauBau telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Bau-Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng Keraton sebagai Kawasan Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya pelestarian
kawasan Benteng Keraton Buton itu.
Guru Besar di Departemen Sejarah Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Susanto Zuhdi, yang menjadi salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) menyatakan Benteng Keraton Wolio Buton di Baubau itu sudah dianggap memenuhi salah satu syarat menjadi Cagar Budaya peringkat nasional sesuai dengan Pasal 42 UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya.
"Karena Benteng Keraton Wolio Buton ini merupakan Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia," katanya dalam laman https://kebudayaan.kemdikbud.go.id.
"Benteng Keraton Wolio Buton merupakan benteng yang paling luas di Indonesia, yang dibangun oleh masyarakat Buton," tambahnya.
Terkait hal itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKBN) Dr (HC) dr Hasto Wardoyo di sela-sela kunjungan kerjanya di Kota Baubau, Rabu (4/11) 2020 menyatakan selain memiliki nilai filosofi, Benteng Keraton juga merupakan karya leluhur yang memiliki nilai budaya yang tinggi.
Ia juga menyebut Benteng Keraton itu merupakan cerminan serta bukti sejarah tentang keberadaan seorang pemimpin agung karena mustahil terbangun sebuah benteng terluas di dunia kalau tidak ada sebuah pemerintahan dengan pemimpinnya yang agung.
"Sungguh mencerminkan bahwa di sini pernah ada pemimpin agung yang pernah berkuasa. Saya percaya, Sultan Buton dari yang pertama hingga terakhir mereka memimpin dengan luar biasa. Karena benteng ini yang bikin bukan penjajah, tapi yang bikin adalah bangsa kita sendiri," kata Hasto Wardoyo.
Sebelumnya Wakil Ketua MPR Dr H Jazilul Fawaid,SQ, MA, yang menyempatkan diri mengunjungi situs sejarah yang ada di dalam Benteng Keraton, yaitu "Batu Wolio" sebelum melaksanakan shalat Magrib berjamaah di Masjid Agung Keraton, Minggu (13/9) 2020 menyatakan kekagumannya akan kemegahan benteng itu.
"Sebab, bila dibangun pada masa sekarang pasti akan menelan anggaran triliunan rupiah," katanya.
Karena itu, kata dia, sekarang ini tergantung bagaimana masyarakat Baubau memaknai Benteng Keraton Buton itu, apakah seperti barang masa lalu atau bisa direkonstruksi menjadi kekuatan untuk pembangunan Baubau ke depan.
Sebab, tidak banyak kabupaten atau kota yang memiliki kekayaan dari nilai peninggalan sejarah selengkap di Baubau.
Penghargaan
Sebenarnya, penghargaan atas Benteng Keraton Buton itu sudah pernah disabet.
Pada tahun 2006 benteng tersebut tercatat sebagai benteng terluas di dunia dalam "Guinness Book of Record" dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Benteng Keraton Wolio di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari yang dibangun pada pemerintahan Labuke Sultan Gafurul Wadudu tahun 1632 dengan luas mencapai 23,375 hektare itu dan panjang kelilingnya mencapai 22,7 kilometer itu di dalamnya terdapat sejumlah peninggalan sejarah unik, seperti meriam yang terpasang di berbagai sisi.
Penghargaan lainnya juga diberikan MURI dalam Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN VI di Baubau, Rabu (20/11) 2019.
MURI memberikan penghargaan karena untuk pertama kali ada ribuan "talang" berisi makanan tradisional yang disajikan sepanjang 3 kilo meter atau mengelilingi Benteng Keraton Buton dalam acara "peka kande-kandea" (makan bersama) pada FKMA ASEAN VI itu.
Kegiatan itu juga dihadiri tamu dari kerajaan/kesultanan di Nusantara, dan sejumlah peserta dari negara sahabat yakni dari ASEAN adalah Malaysia, Thailand, Philipina, serta di luar kawasan Asia Tenggara yakni dari Korea Selatan dan Rusia.
Wali Kota Baubau AS Tamrin kini juga sedang mengusulkan untuk dibentuknya kota kembar antara Korea-China-Baubau sebagai upaya mewujudkan kerja sama antara anggota Tourism Promotion Organization (TPO).
Tujuan dari kota kembar itu adalah bentuk adopsi silang dari potensi budaya dan pertanian. Baubau rencananya akan beradopsi silang dengan Kota Miriang dan Kota Busan, Korsel karena memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan peternakan.
Sedangkan untuk kerja sama dengan China diusulkan untuk membangun kota kembar Beijing-Baubau dan media penyambungnya adalah benteng, di mana Kota Baubau ada benteng terluas di dunia, sedangkan di Beijing, ada benteng terpanjang di dunia.
Dengan bukti kesejarahan dan upaya sinergi yang terus dibangun pemangku kepentingan terkait, tidak berlebihan jika ikhtiar menapak jalan untuk mewujudkan Benteng Keraton Buton Baubau sebagai warisan dunia akan menjadi kenyataan.