Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah masih bisa melemah karena sentimen positif yang diterima oleh dolar Amerika Serikat (AS).

Pada Selasa pagi ini, indeks dolar AS bergerak sedikit lebih rendah di angka 106,77 dibandingkan pergerakan pagi kemarin yang sebesar 106,85.

“Dolar AS terlihat melakukan konsolidasi terhadap nilai tukar lainnya menjelang pengumuman kebijakan moneter AS pada 19 Desember dini hari,” ujarnya ketika ditanya ANTARA di Jakarta, Selasa.

Di samping itu, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bakal memangkas suku bunga acuan di bulan ini sebesar 25 basis points (bps). Namun ke depan, The Fed mungkin akan memberikan sinyal menahan suku bunga lebih lama karena data ekonomi AS yang menunjukkan perbaikan.

Misalnya ialah data Purchasing Managers Index (PMI) komposit AS bulan Desember yang semalam dirilis sebesar 56,6, lebih bagus dari sebelumnya, yaitu 54,9.

Data inflasi AS juga menunjukkan kesulitan untuk bergerak lebih rendah dari sebelumnya.

“Pergerakan rupiah versus dolar AS mungkin bisa menguat karena harga di sekitar area resisten penting Rp16 ribu dolar AS, tapi karena sentimen terlihat masih positif untuk dolar AS, rupiah masih bisa melemah lagi. Peluang penguatan ke arah Rp15.950 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke arah Rp16.020 per dolar AS pada hari ini,” ungkap Ariston.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi turun 26 poin atau 0,17 persen menjadi Rp16.028 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.002 per dolar AS.

 

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat: Rupiah bisa melemah lagi seiring sentimen positif dolar AS

Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024