Moskow (ANTARA) - Ukraina telah meminta Jerman untuk memutuskan segera kebijakan untuk memasok senjata lebih lanjut sebelum digelarnya pemilihan umum federal, lapor surat kabar Jerman Spiegel  pada Jumat (15/11).

Duta Besar Ukraina untuk Jerman Oleksii Makeiev mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa parlemen Jerman dapat mengambil keputusan mengenai pasokan senjata meskipun pemerintahan Jerman yang ada saat ini bubar sebelum pemilu.

"Penting untuk melakukan segala kemungkinan untuk memastikan kelancaran pelaksanaan perintah yang direncanakan, serta pendanaan bantuan tambahan di tahun baru," kata Makeiev kepada Spiegel.

Pada awal November, Pemerintah Jerman menghadapi krisis setelah Kanselir Olaf Scholz bersikeras memecat Menteri Keuangan Christian Lindner (partai Demokrat Bebas/FDP).

Pemecatan yang dilatarbelakangi ketidaksepakatan mengenai prioritas anggaran, termasuk dukungan untuk Ukraina, dinilai menyebabkan runtuhnya koalisi yang berkuasa, di mana FDP adalah bagian dari koalisi pemerintahan tersebut.

Pemilu yang dipercepat kemungkinan dijadwalkan akan berlangsung pada 23 Februari tahun depan.

Scholz diperkirakan akan meminta mosi kepercayaan dari parlemen pada 11 Desember, dan perdebatan dijadwalkan pada 16 Desember.

Jika kanselir mendapat dukungan, Scholz dapat memimpin pemerintahan minoritas dan memulai perundingan koalisi, meskipun pemilu dipercepat lebih disukai parlemen.

Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Syrskyi pada Sabtu (9/11) mengatakan telah berbicara dengan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Gabungan NATO di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, untuk mengeluhkan situasi yang memburuk di medan perang.

"Saya kembali melakukan percakapan telepon dengan komandan Angkatan Bersenjata AS di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli.

Di awal percakapan, saya memberi tahu rekan Amerika saya tentang situasi di garis depan. Situasinya masih sulit dan cenderung memburuk," tulis Syrskyi di Facebook.

Media The New York Times sebelumnya melaporkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Cavoli baru-baru ini membahas perencanaan militer untuk periode musim dingin, serta jenis senjata dan amunisi yang kemungkinan bakal dikirim Washington ke Kiev selama lima bulan ke depan, selama pertemuan dengan Ukraina.

Rusia meyakini bahwa pengiriman senjata ke Ukraina menghambat penyelesaian, yang secara langsung melibatkan negara-negara NATO dalam konflik tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa setiap kargo yang berisi persenjataan untuk Ukraina akan menjadi target yang sah oleh Rusia.

Pewarta : M Razi Rahman
Editor : Sarjono
Copyright © ANTARA 2024