Kendari (ANTARA) -
Sekolah Dasar Negeri 4 Tiworo Selatan kabupaten Muna Barat (Mubar) mengalami kerusakan gedung pada seluruh ruangan kelas sehingga para siswa takut belajar.
Plt Kepala Sekolah Amran Pogau di Mubar, Sabtu mengatakan bahwa kondisi ini semakin memprihatinkan karena ancaman keselamatan siswa pada saat proses belajar
"komite sekolah, kepala sekolah, dan para guru sepakat untuk menutup sementara ruang kelas yang digunakan untuk belajar mengajar", katanya.
Ia mengatakan keputusan ini diambil setelah banyak orang tua siswa mengungkapkan ketakutan bahwa anak-anak mereka bisa saja tertimpa reruntuhan gedung yang kondisinya sudah tak layak pakai.
"Dengan total 96 siswa dan 11 guru, SD Negeri 4 Tiworo Selatan sudah lama mengalami kendala fasilitas. Gedung sekolah ini pertama kali didirikan tahun 1996", ungkapnya.
Dia mengungkapkan bahwa terakhir kali menerima tambahan ruang kelas pada tahun 1999 dengan dua Ruang Kelas Baru (RKB), namun sejak saat itu, bangunan belum pernah mendapat renovasi besar.
"Plafon di beberapa ruangan rusak parah dan bahkan sudah dicopot untuk menghindari keruntuhan yang lebih serius",katanya.
“Kami terpaksa menghentikan aktivitas belajar di kelas. Para orang tua khawatir, dan kami pun tidak bisa mempertaruhkan keselamatan anak-anak. Ini keputusan yang berat, tetapi kami tidak punya pilihan lain,” lanjutnya.
Ketua Komite Sekolah, La Setia, turut menyatakan kekhawatiran SD di Mubar yang sama. Ia menilai langkah ini sangat mendesak karena keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama.
“Kami tidak bisa lagi membiarkan anak-anak belajar dalam kondisi gedung seperti ini. Banyak orang tua takut anak-anak mereka terkena reruntuhan. Kami sudah berulang kali meminta bantuan perbaikan dari pemerintah daerah, namun sampai saat ini belum ada tanggapan konkret. Harapan kami, pemerintah segera merespons kondisi ini,” jelasnya.
Sekolah Dasar Negeri 4 Tiworo Selatan kabupaten Muna Barat (Mubar) mengalami kerusakan gedung pada seluruh ruangan kelas sehingga para siswa takut belajar.
Plt Kepala Sekolah Amran Pogau di Mubar, Sabtu mengatakan bahwa kondisi ini semakin memprihatinkan karena ancaman keselamatan siswa pada saat proses belajar
"komite sekolah, kepala sekolah, dan para guru sepakat untuk menutup sementara ruang kelas yang digunakan untuk belajar mengajar", katanya.
Ia mengatakan keputusan ini diambil setelah banyak orang tua siswa mengungkapkan ketakutan bahwa anak-anak mereka bisa saja tertimpa reruntuhan gedung yang kondisinya sudah tak layak pakai.
"Dengan total 96 siswa dan 11 guru, SD Negeri 4 Tiworo Selatan sudah lama mengalami kendala fasilitas. Gedung sekolah ini pertama kali didirikan tahun 1996", ungkapnya.
Dia mengungkapkan bahwa terakhir kali menerima tambahan ruang kelas pada tahun 1999 dengan dua Ruang Kelas Baru (RKB), namun sejak saat itu, bangunan belum pernah mendapat renovasi besar.
"Plafon di beberapa ruangan rusak parah dan bahkan sudah dicopot untuk menghindari keruntuhan yang lebih serius",katanya.
“Kami terpaksa menghentikan aktivitas belajar di kelas. Para orang tua khawatir, dan kami pun tidak bisa mempertaruhkan keselamatan anak-anak. Ini keputusan yang berat, tetapi kami tidak punya pilihan lain,” lanjutnya.
Ketua Komite Sekolah, La Setia, turut menyatakan kekhawatiran SD di Mubar yang sama. Ia menilai langkah ini sangat mendesak karena keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama.
“Kami tidak bisa lagi membiarkan anak-anak belajar dalam kondisi gedung seperti ini. Banyak orang tua takut anak-anak mereka terkena reruntuhan. Kami sudah berulang kali meminta bantuan perbaikan dari pemerintah daerah, namun sampai saat ini belum ada tanggapan konkret. Harapan kami, pemerintah segera merespons kondisi ini,” jelasnya.