Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Indonesia Clinical Research Center (INACRC) sebagai upaya transformasi dan reformasi agar sistem riset nasional lebih kondusif, sehingga Indonesia dapat menjadi salah satu pusat penelitian klinis di wilayah Asia Tenggara.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan dalam keterangan di Jakarta, Rabu, bahwa Indonesia memiliki modal berupa keunggulan demografi serta keberagaman genetik, sehingga menjadikan Indonesia tempat yang cocok untuk penelitian serta uji klinis.
"Tidak sesederhana bahwa kita memiliki modal yang kuat. Kita tahu ada 300 rumah sakit rujukan nasional, tapi hanya sekitar 15 persen saja yang baru menjalankan uji klinik," kata Wamenkes Dante.
Dia pun membandingkan dengan negara-negara lain yang melakukan penelitian klinis secara intens, seperti Thailand yang dalam satu dekade terakhir mengejar hal tersebut melalui pemanfaatan teknologi digital serta kolaborasi internasional.
Oleh karena itu Wamenkes berharap INACRC dapat menjadi sebuah wadah untuk melakukan riset yang terorganisir serta kolaborasi yang lebih baik dengan para peneliti yang memiliki ide-ide brilian. Tak hanya melakukan riset secara terbuka, katanya, namun juga untuk menginisiasi dan mengembangkan riset-riset klinik di RS-RS di Indonesia.
Wamenkes menambahkan INACRC juga diharapkan dapat memfasilitasi riset-riset multinasional.
Salah satu keunggulan pusat riset tersebut, katanya, adalah pengembangan teknologi pengobatan presisi yang mengadopsi penggunaan kecerdasan buatan (AI), yang dapat menjadi sebuah hal signifikan dalam penelitian di Indonesia.
Selain peluncuran INACRC, lanjut dia, upaya-upaya lain untuk memajukan riset di Indonesia adalah dengan menyederhanakan regulasi, membentuk Komite Etik Sentral Nasional guna mempercepat proses persetujuan uji klinis.
Selain itu, kata Wamenkes Dante, Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) juga dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium sentral untuk uji klinis dari studi multinasional.
Dia pun menargetkan dalam lima tahun ke depan INACRC menjadi rujukan penelitian multinasional.
"Mudah-mudahan dengan adanya INACRC, kita bisa menghasilkan lebih besar, lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh negara di Asia Tenggara," katanya.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan dalam keterangan di Jakarta, Rabu, bahwa Indonesia memiliki modal berupa keunggulan demografi serta keberagaman genetik, sehingga menjadikan Indonesia tempat yang cocok untuk penelitian serta uji klinis.
"Tidak sesederhana bahwa kita memiliki modal yang kuat. Kita tahu ada 300 rumah sakit rujukan nasional, tapi hanya sekitar 15 persen saja yang baru menjalankan uji klinik," kata Wamenkes Dante.
Dia pun membandingkan dengan negara-negara lain yang melakukan penelitian klinis secara intens, seperti Thailand yang dalam satu dekade terakhir mengejar hal tersebut melalui pemanfaatan teknologi digital serta kolaborasi internasional.
Oleh karena itu Wamenkes berharap INACRC dapat menjadi sebuah wadah untuk melakukan riset yang terorganisir serta kolaborasi yang lebih baik dengan para peneliti yang memiliki ide-ide brilian. Tak hanya melakukan riset secara terbuka, katanya, namun juga untuk menginisiasi dan mengembangkan riset-riset klinik di RS-RS di Indonesia.
Wamenkes menambahkan INACRC juga diharapkan dapat memfasilitasi riset-riset multinasional.
Salah satu keunggulan pusat riset tersebut, katanya, adalah pengembangan teknologi pengobatan presisi yang mengadopsi penggunaan kecerdasan buatan (AI), yang dapat menjadi sebuah hal signifikan dalam penelitian di Indonesia.
Selain peluncuran INACRC, lanjut dia, upaya-upaya lain untuk memajukan riset di Indonesia adalah dengan menyederhanakan regulasi, membentuk Komite Etik Sentral Nasional guna mempercepat proses persetujuan uji klinis.
Selain itu, kata Wamenkes Dante, Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) juga dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium sentral untuk uji klinis dari studi multinasional.
Dia pun menargetkan dalam lima tahun ke depan INACRC menjadi rujukan penelitian multinasional.
"Mudah-mudahan dengan adanya INACRC, kita bisa menghasilkan lebih besar, lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh negara di Asia Tenggara," katanya.