Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin berpeluang melemah di tengah kondisi ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang masih solid.
Pada awal perdagangan Senin, rupiah merosot 155 poin atau 1 persen menjadi Rp15.640 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.485 per dolar AS.
"Rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini. Indeks dolar AS terlihat bergerak menguat di kisaran 102,40-an pagi ini, di mana di Jumat pagi masih di kisaran 101,70-an," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ariston menuturkan data non-farm payrolls (NFP) AS yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan kondisi ketenagakerjaan AS yang masih solid, yakni 254 ribu pada September 2024, lebih tinggi dibanding 159 ribu pada bulan sebelumnya.
"Kondisi yang masih bagus ini bisa mendorong The Fed (bank sentral AS) untuk mengurungkan kebijakan pemangkasan suku bunga yang lebih besar," ujarnya.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah yang belakangan meningkat juga menjadi pendorong penguatan dolar AS sebagai aset safe haven.
"Konflik kelihatannya terus berlanjut dengan Israel diketahui menyusun rencana untuk melakukan penyerangan, apalagi setelah negaranya Kembali diserang oleh Iran," tuturnya.
Ariston memprediksi rupiah bisa bergerak melemah ke arah Rp15.580 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp15.430 per dolar AS hari ini.
Pada awal perdagangan Senin, rupiah merosot 155 poin atau 1 persen menjadi Rp15.640 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.485 per dolar AS.
"Rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini. Indeks dolar AS terlihat bergerak menguat di kisaran 102,40-an pagi ini, di mana di Jumat pagi masih di kisaran 101,70-an," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ariston menuturkan data non-farm payrolls (NFP) AS yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan kondisi ketenagakerjaan AS yang masih solid, yakni 254 ribu pada September 2024, lebih tinggi dibanding 159 ribu pada bulan sebelumnya.
"Kondisi yang masih bagus ini bisa mendorong The Fed (bank sentral AS) untuk mengurungkan kebijakan pemangkasan suku bunga yang lebih besar," ujarnya.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah yang belakangan meningkat juga menjadi pendorong penguatan dolar AS sebagai aset safe haven.
"Konflik kelihatannya terus berlanjut dengan Israel diketahui menyusun rencana untuk melakukan penyerangan, apalagi setelah negaranya Kembali diserang oleh Iran," tuturnya.
Ariston memprediksi rupiah bisa bergerak melemah ke arah Rp15.580 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp15.430 per dolar AS hari ini.