Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau berhasil mempersatukan Lembaga Adat Kesultanan Buton yang terpecah atau dualisme kepemimpinan selama kurang lebih 15 tahun lamanya.9

Asisten I Kota Baubau La Ode Aswad di Baubau Selasa, mengatakan bahwa pihaknya mengucapkan syukur atas kesepakatan dua lembaga adat untuk kembali bersatu demi membawa nama lembaga yang sama, yaitu Lembaga Adat Kesultanan Buton dan menutup ruang bagi lembaga adat yang lainnya.

Ia menyampaikan bahwa dengan adanya kesepakatan Lembaga Adat Kesultanan Buton mengakhiri polemik dua versi Lembaga Adat Kesultanan Buton yang sudah memakan waktu yang cukup lama.

”Kita sudah sepakati namanya Lembaga Adat Kesultanan Buton yang sementara sekretariatnya sementara bertempat di kantor Wali Kota Baubau. Karena disini sudah sekretariat maka tentu harus berbadan hukum dan soal pengurus diserahkan pada pembicaraan antar dua lembaga yang sudah bersatu ini,” kata Aswad.

Dia menyebutkan bahwa setelah kesepakatan ini terbangun maka kedua belah selanjutnya dipersilahkan untuk menyusun personil-personil yang akan duduk di Lembaga Adat Kesultanan Buton yang kemudian akan dilaporkan ke Pj Wali Kota Baubau dalam waktu dekat ini.

Senada dengan itu, salah satu versi Lembaga Adat Kesultanan Buton yang sempat dualisme kepemimpinan Bontona Peropa Drs Masri mengucapkan syukur dengan inisiatif Pemkot Baubau untuk menyatukan lembaga-lembaga adat yang ada di Kota Baubau supaya menjadi satu lembaga adat.

Kemudian, piihaknya berharap dengan bersatunya Lembaga Adat Kesultanan Buton menjadi lembaga adat yang kredibel maka ketika ada kegiatan-kegiatan apapun, baik itu kegiatan di Baubau maupun di luar Kota Baubau maka lembaga adat inilah yang akan ditonjolkan.

"Tentunya kita akan sosialisasikan bersama seluruh masyarakat kita bahwa ini lembaga adat yang betul-betul sudah menyatukan semua pendapat dari semua kalangan sehingga jangan ada lagi kelompok orang yang mengatasnamakan lembaga adat lain selain ini." ucapnya.

Sementara itu, Pj. Walikota Baubau Muh. Rasman Manafi mengatakan bahwa pembangunan kota Baubau tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga pembangunan mental spritual.

Ia mengungkapkan bahwa di Pulau Buton yang saat ini telah terbagi menjadi beberapa kabupaten sangat terikat dengan satu busanya yang sama, kita yakini dan bahkan kita jaga bersama bahkan itu juga yang menjadi kebanggaan kita di setiap generasi.

"Saya pribadi meskipun sebelumnya pernah bertugas di Kota Baubau, saat ini saya bertugas di Jakarta dan tinggal di Bogor, tentu saya sangat merindukan apa yang kita banggakan, apa yang kita lestarikan itu tetap terjaga dan kita pahami dari generasi ke generasi," ucapnya.

"Ayo kita bangun kita punya daerah,kita persatukan pemahaman yang mungkin saat sebelum-sebelumnya masih ada yang belum kita sepaham." Sambungnya.

Lebih lanjut Walikota Baubau menyampaikan penyatuan kedua lembaga ini bukan hanya keinginan pemerintah kota Baubau tetapi juga keinginan para tokoh masyarakat yang telah berinisiatif sejak lama dan menginginkan kedua lembaga ini dipertemukan dan difasilitasi.

"Jadi ini bukan maunya Rasman, ini maunya beberapa tokoh orang-orang tua kita yang paham soal adat budaya kita menginginkan kedua pihak ini dipertemukan dan dapat difasilitasi. Adat budaya tidak mungkin kami bisa atur karena itu bagian dari lembaga adat kami hanya bisa memfasilitasi dan mendorong agar supaya budaya ini terus dilestarikan karena ini kebanggaan kita bersama seluruh orang Buton." Paparnya

Dia meyakini apa yang dilakukan saat ini sangat baik untuk kemajuan pulau Buton secara keseluruhan khususnya kota Baubau.

"Saya yakin apa yang sudah dijelaskan sebelumnya itu sangat baik untuk negeri kita dan kita sadari realitasnya lembaga adat kita itu tidak hanya satu tetapi lebih dari satu. Sehingga sebagai pemerintah daerah karena membutuhkan mitra untuk membangun budaya kita, masyarakat kita dan banyak sekarang bukan cuma di pendidikan yang ada muatan loka, bahkan di pemerintah daerah sekarang sudah banyak mengadopsi kearifan lokal dalam menantikan kebijakan di daerahnya," tambahnya.


Pewarta : La Ode Muh. Deden Saputra
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024