Jakarta (ANTARA) - Analis Kripto Reku Fahmi Almuttaqin menilai, setelah rilis data inflasi indeks Harga Belanja Personal (PCE) terbaru Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu, harga Bitcoin (BTC) dan sejumlah aset kripto lainnya mulai menunjukkan pemulihan signifikan.
Data PCE bulan Mei mencatat penurunan tahunan menjadi 2,6 persen (year-on-year/yoy) dari 2,7 persen (yoy) di April sesuai dengan ekspektasi para ekonom. Setelah data inflasi tersebut dirilis, harga BTC melonjak hampir 6 persen, dari level 60.000 dolar AS ke 63.500 pada 1 dan 2 Juli, sebelum terkoreksi dan berada di level 58.977 dolar AS saat berita ini ditulis.
Pemulihan ini juga terlihat pada sejumlah aset kripto lainnya, terutama yang berasal dari sektor infrastruktur. Selain itu, aset kripto utama seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON) turut mengalami apresiasi.
"Upaya The Fed untuk mencapai 'soft landing' pada ekonomi pascapelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Jika diibaratkan pertandingan sepak bola, saat ini seperti berada di menit ke-80 dan unggul tipis satu angka. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi," kata Fahmi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Fahmi menjelaskan, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal I AS yang naik sebesar 1,4 persen, dampak membaiknya inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan masih berada pada kadar yang normal. Hal ini dapat turut menjadi faktor fundamental untuk mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena adanya kontraksi ekonomi yang perlu segera diatasi, melainkan karena memang kondisi ekonomi secara umum telah membaik.
Meskipun pasar merespons cukup positif perkembangan tersebut, langkah Bank Sentral AS atau The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni.
“Koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi. Namun, apabila perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi terjadinya pemulihan yang cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 68 persen pada bulan September," ujar Fahmi.
Ia menilai membaiknya inflasi AS memberikan potensi positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset kripto. Sinyal pelonggaran kebijakan ekonomi AS dapat menarik minat investor untuk berinvestasi pada instrumen yang cenderung berisiko seperti kripto.
“Namun, dengan dinamika yang sangat tinggi di pasar kripto, investor perlu berhati-hati dan selalu membuat keputusan investasi dengan bijak," tuturnya.
Dari sisi aset kripto sendiri, beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune, saat ini mengindikasikan situasi strong buy untuk altcoin pada strength level yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi pada aset kripto alternatif selain Bitcoin.
Kendati demikian, Fami mengingatkan bahwa altcoin cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin.
Selain karena kapitalisasi pasar dan likuiditas Bitcoin yang lebih besar, popularitas altcoin juga tidak setinggi Bitcoin. Namun, saat ini banyak altcoin yang memiliki potensi teknologi menjanjikan, yang jika mencapai skala tertentu dapat memiliki nilai manfaat yang berpotensi jauh lebih besar dibandingkan yang bisa ditawarkan Bitcoin.
Di tengah potensi yang ada, Reku terus mengimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa.
"Investor bisa menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga bisa melakukan diversifikasi ke altcoin lainnya, di mana Reku rutin menambah coin listing di setiap minggunya. Selain itu, investor lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Portfolio Analysis yang tersedia di Reku, sehingga performa investasi secara periodik dan koin pun dapat dipantau secara real-time tanpa harus menghitung secara manual," ujar Fahmi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Analis Reku: Inflasi AS membaik jadi sinyal pemulihan harga BTC
Data PCE bulan Mei mencatat penurunan tahunan menjadi 2,6 persen (year-on-year/yoy) dari 2,7 persen (yoy) di April sesuai dengan ekspektasi para ekonom. Setelah data inflasi tersebut dirilis, harga BTC melonjak hampir 6 persen, dari level 60.000 dolar AS ke 63.500 pada 1 dan 2 Juli, sebelum terkoreksi dan berada di level 58.977 dolar AS saat berita ini ditulis.
Pemulihan ini juga terlihat pada sejumlah aset kripto lainnya, terutama yang berasal dari sektor infrastruktur. Selain itu, aset kripto utama seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON) turut mengalami apresiasi.
"Upaya The Fed untuk mencapai 'soft landing' pada ekonomi pascapelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Jika diibaratkan pertandingan sepak bola, saat ini seperti berada di menit ke-80 dan unggul tipis satu angka. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi," kata Fahmi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Fahmi menjelaskan, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal I AS yang naik sebesar 1,4 persen, dampak membaiknya inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan masih berada pada kadar yang normal. Hal ini dapat turut menjadi faktor fundamental untuk mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena adanya kontraksi ekonomi yang perlu segera diatasi, melainkan karena memang kondisi ekonomi secara umum telah membaik.
Meskipun pasar merespons cukup positif perkembangan tersebut, langkah Bank Sentral AS atau The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni.
“Koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi. Namun, apabila perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi terjadinya pemulihan yang cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 68 persen pada bulan September," ujar Fahmi.
Ia menilai membaiknya inflasi AS memberikan potensi positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset kripto. Sinyal pelonggaran kebijakan ekonomi AS dapat menarik minat investor untuk berinvestasi pada instrumen yang cenderung berisiko seperti kripto.
“Namun, dengan dinamika yang sangat tinggi di pasar kripto, investor perlu berhati-hati dan selalu membuat keputusan investasi dengan bijak," tuturnya.
Dari sisi aset kripto sendiri, beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune, saat ini mengindikasikan situasi strong buy untuk altcoin pada strength level yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi pada aset kripto alternatif selain Bitcoin.
Kendati demikian, Fami mengingatkan bahwa altcoin cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin.
Selain karena kapitalisasi pasar dan likuiditas Bitcoin yang lebih besar, popularitas altcoin juga tidak setinggi Bitcoin. Namun, saat ini banyak altcoin yang memiliki potensi teknologi menjanjikan, yang jika mencapai skala tertentu dapat memiliki nilai manfaat yang berpotensi jauh lebih besar dibandingkan yang bisa ditawarkan Bitcoin.
Di tengah potensi yang ada, Reku terus mengimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa.
"Investor bisa menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga bisa melakukan diversifikasi ke altcoin lainnya, di mana Reku rutin menambah coin listing di setiap minggunya. Selain itu, investor lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Portfolio Analysis yang tersedia di Reku, sehingga performa investasi secara periodik dan koin pun dapat dipantau secara real-time tanpa harus menghitung secara manual," ujar Fahmi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Analis Reku: Inflasi AS membaik jadi sinyal pemulihan harga BTC