Kendari (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan, harga kakao non fermentasi di pasaran saat ini alami kenaikan hingga Rp125.000 per kilogram.
Keterangan dari Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sultra, Kamis menyebutkan, sebelumnya pada bulan Mei lalu harga kakao non fermentasi seharga Rp115.000 per kilo gram atau alami kenaikan Rp10.000 per kilogram.
"Naiknya harga kakao non fermentasi itu terjadi dampak permintaan meningkat sementara stok di pasaran selama sepekan ini berkurang," kata Petugas Informasi Pasar (PIP) Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra Adnan Jaya di Kendari.
Adnan mengakui, tingginya curah hujan juga sangat mempengaruhi produk maupun kualitas kakao non fermentasi, dimana petani memperlakukan produk kakao nya itu dengan sistem pengeringan dari sinar mata hari langsung.
Selain kakao non fermentasi, kata dia, produk hasil perkebunan lain alami yang sama seperti lada putih yang sebelumnya Rp93.000 per kilogram kini naik menjadi Rp120.000 per kilogram atau alami kenaikan Rp27.000 di pekan terakhir bulan Juni 2024.
Sementara kopra hitam, lanjut Adnan pada pekan ke empat di bulan Juni ini, juga alami kenaikan menjadi Rp10.000 per kilo gram yang sebelumnya Rp9.700 atau naik Rp300 per kilo gram dan mete gelondongan masih tetap pada Rp14.000 per kilogram.
"Kecuali mete kupas kini tetap pada kisaran Rp115.000 hingga Rp120.000 per kilogram tergantung dari jenis dan kualitasnya," ujarnya.
Di bagian lain, kata Adnan, bunga pala/fuly tetap kokoh pada posisi yakni Rp215.000 per kilogram, pinang kupas Rp4.000 per kilogram, pala kulit Rp50.000 per kilogram, pala kupas Rp70.000 per kilogram, kemiri gelondongan Rp7.000 per kilogram, dan tandan buah segar masih terendah dengan harga Rp2.100 per kilogram.
"Sementara bunga cengkeh kering alami penurunan dengan harga Rp115.000 per kilogram sebelumnya Rp130.000 atau turun Rp15.000," tutup Adnan.
Keterangan dari Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sultra, Kamis menyebutkan, sebelumnya pada bulan Mei lalu harga kakao non fermentasi seharga Rp115.000 per kilo gram atau alami kenaikan Rp10.000 per kilogram.
"Naiknya harga kakao non fermentasi itu terjadi dampak permintaan meningkat sementara stok di pasaran selama sepekan ini berkurang," kata Petugas Informasi Pasar (PIP) Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra Adnan Jaya di Kendari.
Adnan mengakui, tingginya curah hujan juga sangat mempengaruhi produk maupun kualitas kakao non fermentasi, dimana petani memperlakukan produk kakao nya itu dengan sistem pengeringan dari sinar mata hari langsung.
Selain kakao non fermentasi, kata dia, produk hasil perkebunan lain alami yang sama seperti lada putih yang sebelumnya Rp93.000 per kilogram kini naik menjadi Rp120.000 per kilogram atau alami kenaikan Rp27.000 di pekan terakhir bulan Juni 2024.
Sementara kopra hitam, lanjut Adnan pada pekan ke empat di bulan Juni ini, juga alami kenaikan menjadi Rp10.000 per kilo gram yang sebelumnya Rp9.700 atau naik Rp300 per kilo gram dan mete gelondongan masih tetap pada Rp14.000 per kilogram.
"Kecuali mete kupas kini tetap pada kisaran Rp115.000 hingga Rp120.000 per kilogram tergantung dari jenis dan kualitasnya," ujarnya.
Di bagian lain, kata Adnan, bunga pala/fuly tetap kokoh pada posisi yakni Rp215.000 per kilogram, pinang kupas Rp4.000 per kilogram, pala kulit Rp50.000 per kilogram, pala kupas Rp70.000 per kilogram, kemiri gelondongan Rp7.000 per kilogram, dan tandan buah segar masih terendah dengan harga Rp2.100 per kilogram.
"Sementara bunga cengkeh kering alami penurunan dengan harga Rp115.000 per kilogram sebelumnya Rp130.000 atau turun Rp15.000," tutup Adnan.