Kendari (ANTARA) -

Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai mengidentifikasi daerah – daerah yang berpotensi terdampak perubahan iklim berupa gagal panen akibat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Kepala Distanak Sultra La Ode Muh.Rusdin Jaya, di Kendari, Selasa, mengatakan beberapa waktu lalu telah melakukan rapat koordinasi yang di pimpin langsung oleh Pj Gubernur Sultra terkait perubahan iklim.

“Jadi masing – masing dinas terkait yang terkena dampak perubahan iklim kekeringan mempertimbangkan tiga hal utama dalam menghadapi hal tersebut yakni tiga zom (sona musim),” kata Rusdin.

Rusdin menuturkan, tiga zom tersebut terdiri dari bulan Juni akan menghadapi masa puncak hujan, kemudian bulan Juli akan memasuki zona musim transisi dan bulan Agustus di perkirakan menghadapi zona musim kemarau.

“Maka dari itu sesuai arahan Pj Gubernur hal yang kami lakukan adalah ada tiga hal yakni pertama mengidentifikasi daerah – daerah berpotensi mengalami gagal panen atau puso akibat perubahan iklim hujan,” katanya.

Kedua, pihaknya juga akan melakukan antisipasi terhadap daerah – daerah yang terdampak perubahan iklim kekeringan dengan memetakan daerah – daerah yang berpotensi terdampak banjir berdasarkan data tahun sebelumnya.

“Salah satu mitigasi yang dilakukan untuk perubahan iklim hujan yaitu banjir adalah dengan memberikan bantuan bibit secepatnya sehingga bisa kembali melakukan penanaman di masa tanam kedua,” katanya.

Sedangkan untuk daerah yang terdampak perubahan iklim kekeringan akan dibagikan pompa untuk menyedot air daerah irigasi terdekat serta membantu pembuatan sumur bor untuk daerah yang  mengalami kekeringan cukup parah.

Kemudian yang ketiga, lanjutnya, untuk daerah yang mengalami kekeringan juga akan diberikan pembagian padi gogo yang akan tumbuh pada sawah – sawah yang memiliki tekstur kering,” ujarnya.


Pewarta : Azis Senong/Andry Denisah
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024