Kendari (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andap Budhi Revianto meminta masyarakat mewaspadai ancaman penyakit leptospirosis atau dikenal sebagai demam urine tikus, yang merupakan penyakit zoonosis akibat infeksi bakteri dari genus leptospira, terutama pada musim hujan ini.

Ia mengatakan penyakit ini sering terjadi di negara dengan iklim tropis dan subtropis, terutama di negara kepulauan dengan curah hujan dan potensi banjir yang tinggi.

"Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di wilayah banjir dan pemukiman banyak tikus berisiko tertular Leptospirosis,” kata Pj Gubernur Andap Budhi Revianto di Kendari, Kamis.

Selain itu, lanjut dia, mereka yang rutin olahraga air, petani, peternak, petugas kebersihan, hingga petugas pemotongan hewan, juga berisiko tertular leptospirosis.

Adapun gejalanya yaitu demam di atas 38 derajat Celsius, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga sulit berjalan, kemerahan di selaput putih mata, kulit kekuningan, pembesaran hati dan limpah, serta ada tanda-tanda kerusakan ginjal.

"Gejala leptospirosis ini memiliki masa inkubasi yaitu antara 2-30 hari dengan rata-rata berlangsung 7-10 hari,” ujar Andap.

Ia menjelaskan pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan cara menyimpan makanan dan minuman agar aman dari tikus, menyediakan dan menutup rapat tempat sampah dan penampung air, meningkatkan pemasangan perangkap tikus, pakai sepatu boot jika ke daerah basah/kotor, cuci tangan dan kaki setelah bekerja di sawah, kebun, selokan dan lain lain, menjaga kebersihan lingkungan, dan tutup luka perban kedap air

“Jika mengalami leptospirosis ringan atau berat, maka segera ke puskesmas atau sarana kesehatan terdekat, segera minta bantuan ke tenaga medis untuk penanganan penyakit itu," tutur Andap Budhi Revianto.

Pewarta : Abdul Azis Senong/Andry Denisah
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024