Kendari (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan bahwa kenaikan harga beras dan cabai di wilayah Bumi Anoa disebabkan oleh fenomena El Nino atau kemarau panjang yang melanda.

Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra La Ode Muhammad Fitrah Arsyad saat ditemui di Kendari, Kamis, mengatakan bahwa selain dua komoditi tersebut, sejumlah barang lain juga mengalami kenaikan harga di tahun 2023 ini.

"Hal itu semua disebabkan karena pengaruh musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga menyebabkan banyak petani di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami gagal panen," kata Fitrah.

Menurut dia, akibat iklim kemarau daerah-daerah penghasil beras lebih memperuntukkan komoditi tersebut untuk memenuhi kebutuhan daerah mereka sendiri.

"Sehingga, untuk stok beras di Provinsi Sulawesi Tenggara ini hanya mengandalkan stok beras yang ada di lokal saja," ujarnya.

Ia menyebutkan, minimnya pasokan menyebabkan ketersediaan stok beras terbatas untuk dibagikan ke 17 kabupaten/kota se-Sultra dan menyebabkan harga beras di setiap daerah juga mengalami kenaikan.

"Artinya ada permintaan yang tinggi, sehingga harga juga otomatis naik, " jelasnya.

Ia menjelaskan, bahwa hingga saat ini harga beras masih tetap mengalami kenaikan, akan tetapi kenaikan tersebut tidak signifikan.

Fitrah menunjukkan presentase grafik harga beras sudah vertikal, walau harga beras sempat naik drastis namun sekarang harganya lumayan menurun dan bertahan di beberapa minggu ini.

"Harga beras saat ini naik dari Rp10.700. sekarang menjadi Rp13.000 untuk harga beras medium," sebutnya.

Sementara untuk komoditi cabai, lanjut dia, mengalami kenaikan dikarenakan saat ini telah masuk musim penghujan dan masih ada daerah tertentu yang belum masuk musim penghujan.

"Untuk harga cabe tergantung area distribusi karena yang mempengaruhi harga adalah distribusinya, dilihat dari berapa jauh lokasi sehingga menambah beban," tambah Fitrah.
 

Pewarta : La Ode Muh. Deden Saputra
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024