Semarang (ANTARA) - Pewarta LKBN ANTARA Nur Istibsaroh yang dikirim Kementerian Agama sebagai petugas haji tidak menyangka aksinya menggendong seorang lanjut usia (lansia) yang menjadi jamaah haji diapresiasi Menteri Agama.
"Alhamdulillah, senang sekali bisa menjadi bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023 dan ditempatkan di Daerah Kerja Madinah," kata Istib, sapaan akrabnya, saat dihubungi dari Semarang, Senin.
Ia menceritakan ketika itu sedang berjalan bersama seorang mahasiswi Tunisia, Felicia yang kebetulan satu tenda, yakni dari Tenda Misi Haji yang letaknya dekat dengan Terowongan Mina atau sekitar Maktab 45.
Saat berjalan, mereka bertemu dengan rombongan lansia yang baru pulang dari lempar jumrah dan tersesat sehingga akhirnya mereka memutuskan mengantar kembali ke maktabnya karena khawatir rombongan lansia itu kesulitan jika hanya diberikan petunjuk jalan.
"Jalanlah kami di bawah terik panas siang itu. Cuaca yang panas, menjadikan saya hanya fokus pada mereka yang tidak memakai topi atau payung sehingga bekal dua topi dan satu handuk, saya kenakan ke peserta di antara mereka," katanya.
Di tengah perjalanan, ibu satu putri itu merasa seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk melihat ke arah kaki rombongan, dan ternyata ada seorang nenek yang tidak memakai alas kaki karena sandalnya hilang.
"'Allahu Akbar. Kenapa nenek tidak pakai alas kaki', saya spontan berkata karena kaget. Lokasi kami yang jauh untuk mencari bantuan, serba 'tanggung', dan tidak bisa juga mencari kursi roda. Justru semakin lama neneknya kepanasan," katanya.
Pewarta LKBN ANTARA Nur Istibsaroh, yang menjadi petugas haji pada musim haji 2023 menggendong seorang lansia yang menjadi salah satu jamaah haji asal Indonesia. (FOTO ANTARA/HO-Dok MCH)
Tidak ada pilihan lain, akhirnya ia berinisiatif untuk menggendong nenek yang berusia sekitar 65 tahun itu, dan sesampainya di Maktab 57 ternyata sang nenek meminta untuk berjalan kaki.
Melihat si nenek yang berkeinginan jalan kaki, Istib lantas membuatkan alas kaki seadanya dari kardus bekas yang diikat dengan karet, dan akhirnya mengantarnya ke Maktab 59 yang menjadi tujuannya.
Istib pun tidak menyangka jika saat menggendong nenek diabadikan kamera, dan fotonya disertakan oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas di antara sekian foto dalam unggahannya di akun media sosialnya untuk menyemangati para petugas haji.
Bagi Istib, melihat nenek yang membutuhkan bantuan seketika hanya teringat sang ibunda yang sudah tiada, dan berusaha untuk membantu sekuat tenaga seperti halnya orang tuanya sendiri.
"Dalam perjalanan, saya hanya mengingatkan (nenek, red.), lain kali kalau sandal hilang, tidak usah kemana-mana. Minta saja teman yang lain menghubungi petugas. 'Ini bajunya seperti yang saya gunakan Nek'," katanya.
Pada rapat koordinasi persiapan kepulangan usai ibadah di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), Istib pun ditunjuk sebagai perwakilan oleh rekan-rekannya dari Media Centre Haji (MCH) untuk menerima penghargaan dari Menag.
"Penghargaan ini buat teman-teman petugas seluruhnya. Saya mewakili teman-teman MCH yang tugas awalnya menulis berita, foto, video. Tetapi, seluruh petugas MCH mau menolong dan mengikhlaskan waktu membantu jamaah lansia," katanya.
Tidak hanya dari Menag, ia pun mendapatkan apresiasi dari Alissa Wachid, putri sulung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid serta bertemu di pelataran Masjidil Haram ketika akan melengkapi rukun haji, yakni tawaf ifadah dan sa'i, demikian Nur Istibsaroh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pewarta ANTARA tak menyangka aksi gendong lansia diapresiasi Menag
"Alhamdulillah, senang sekali bisa menjadi bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023 dan ditempatkan di Daerah Kerja Madinah," kata Istib, sapaan akrabnya, saat dihubungi dari Semarang, Senin.
Ia menceritakan ketika itu sedang berjalan bersama seorang mahasiswi Tunisia, Felicia yang kebetulan satu tenda, yakni dari Tenda Misi Haji yang letaknya dekat dengan Terowongan Mina atau sekitar Maktab 45.
Saat berjalan, mereka bertemu dengan rombongan lansia yang baru pulang dari lempar jumrah dan tersesat sehingga akhirnya mereka memutuskan mengantar kembali ke maktabnya karena khawatir rombongan lansia itu kesulitan jika hanya diberikan petunjuk jalan.
"Jalanlah kami di bawah terik panas siang itu. Cuaca yang panas, menjadikan saya hanya fokus pada mereka yang tidak memakai topi atau payung sehingga bekal dua topi dan satu handuk, saya kenakan ke peserta di antara mereka," katanya.
Di tengah perjalanan, ibu satu putri itu merasa seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk melihat ke arah kaki rombongan, dan ternyata ada seorang nenek yang tidak memakai alas kaki karena sandalnya hilang.
"'Allahu Akbar. Kenapa nenek tidak pakai alas kaki', saya spontan berkata karena kaget. Lokasi kami yang jauh untuk mencari bantuan, serba 'tanggung', dan tidak bisa juga mencari kursi roda. Justru semakin lama neneknya kepanasan," katanya.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya ia berinisiatif untuk menggendong nenek yang berusia sekitar 65 tahun itu, dan sesampainya di Maktab 57 ternyata sang nenek meminta untuk berjalan kaki.
Melihat si nenek yang berkeinginan jalan kaki, Istib lantas membuatkan alas kaki seadanya dari kardus bekas yang diikat dengan karet, dan akhirnya mengantarnya ke Maktab 59 yang menjadi tujuannya.
Istib pun tidak menyangka jika saat menggendong nenek diabadikan kamera, dan fotonya disertakan oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas di antara sekian foto dalam unggahannya di akun media sosialnya untuk menyemangati para petugas haji.
Bagi Istib, melihat nenek yang membutuhkan bantuan seketika hanya teringat sang ibunda yang sudah tiada, dan berusaha untuk membantu sekuat tenaga seperti halnya orang tuanya sendiri.
"Dalam perjalanan, saya hanya mengingatkan (nenek, red.), lain kali kalau sandal hilang, tidak usah kemana-mana. Minta saja teman yang lain menghubungi petugas. 'Ini bajunya seperti yang saya gunakan Nek'," katanya.
Pada rapat koordinasi persiapan kepulangan usai ibadah di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), Istib pun ditunjuk sebagai perwakilan oleh rekan-rekannya dari Media Centre Haji (MCH) untuk menerima penghargaan dari Menag.
"Penghargaan ini buat teman-teman petugas seluruhnya. Saya mewakili teman-teman MCH yang tugas awalnya menulis berita, foto, video. Tetapi, seluruh petugas MCH mau menolong dan mengikhlaskan waktu membantu jamaah lansia," katanya.
Tidak hanya dari Menag, ia pun mendapatkan apresiasi dari Alissa Wachid, putri sulung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid serta bertemu di pelataran Masjidil Haram ketika akan melengkapi rukun haji, yakni tawaf ifadah dan sa'i, demikian Nur Istibsaroh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pewarta ANTARA tak menyangka aksi gendong lansia diapresiasi Menag