Kendari (ANTARA) - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Kendari mengedukasi warga pesisir di Desa Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, untuk mencegah stunting melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Poltekkes Kendari Wiralis di Kendari, Jumat, mengatakan, pihaknya memberikan edukasi warga di desa tersebut agar memperhatikan sanitasi guna mencegah stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat gizi buruk.
"Poltekkes Kendari mengembangkan Program Saksi yaitu sanitasi kawasan pesisir melalui pengembangan SPAL komunal dan pengelolaan sampah organik di Desa Bajo Indah sebagai upaya mengatasi stunting di kawasan pesisir Soropia," katanya.
Dijelaskan, SPAL atau Saluran Pembuangan Air Limbah merupakan sarana berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya.
Menurutnya, saat ini Presiden Joko Widodo menjadikan penurunan kejadian stunting sebagai program nasional. Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya yang dilakukan pihaknya sebagai akademisi ikut memberikan kontribusi untuk mensukseskan program tersebut.
Wiralis menjelaskan bahwa sanitasi merupakan salah satu rantai penyebab tingginya kasus stunting atau gagal tumbuh kembang anak.
"Kami melihat kawasan pesisir umumnya kurang memperhatikan sanitasi khususnya pengelolaan sampah dan air limbah, pemandangan di kawasan pesisir sampah plastik menjadi pemandangan yang umum," ujar dia.
Wiralis menerangkan bahwa program Saksi yang digalakkan pihaknya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, membangun sikap peduli sanitasi kawasan pesisir dan trampil mengelola sampah dengan teknologi sederhana.
Ia menyebutkan program tersebut dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi pada 40 orang masyarakat dengan tema cegah stunting dengan sanitasi yang bersih pada kawasan pesisir.
Kemudian, dilakukan pelatihan kader sanitasi dan pendampingan selama lima hari pada tiga kegiatan, yaitu pertama pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan metode komposer tanam sebagai percontohan dan telah dikembangkan lima buah yang di buat di masing-masing dusun.
Kedua, pembuatan pemancingan gurita untuk memberdayakan karang taruna dan kader sanitasi yang dikembangkan dari limbah plastik.
Ketiga, mengembangkan SPAL komunal anaerobik untuk mendaur ulang air limbah keluarga agar dapat digunakan kembali untuk kebutuhan membersihkan dan menyiram tanaman.
"Dalam pengembangan saluran pembuangan air limbah, Poltekkes Kendari bermitra dengan Poltekkes Kemenkes Surabaya," ucap Wiralis.
Ia berharap agar masyarakat memanfaatkan teknologi sederhana yang telah diajarkan kepada kader sanitasi serta Karangtaruna sebagai agen perubahan sehingga pesisir Soropia menjadi desa bersih dari sampah.
"Kemudian sampah bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pupuk dan pembuatan pemancingan gurita serta air bisa untuk membersihkan lingkungan rumah," kata Wiralis.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Poltekkes Kendari Wiralis di Kendari, Jumat, mengatakan, pihaknya memberikan edukasi warga di desa tersebut agar memperhatikan sanitasi guna mencegah stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat gizi buruk.
"Poltekkes Kendari mengembangkan Program Saksi yaitu sanitasi kawasan pesisir melalui pengembangan SPAL komunal dan pengelolaan sampah organik di Desa Bajo Indah sebagai upaya mengatasi stunting di kawasan pesisir Soropia," katanya.
Dijelaskan, SPAL atau Saluran Pembuangan Air Limbah merupakan sarana berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya.
Menurutnya, saat ini Presiden Joko Widodo menjadikan penurunan kejadian stunting sebagai program nasional. Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya yang dilakukan pihaknya sebagai akademisi ikut memberikan kontribusi untuk mensukseskan program tersebut.
Wiralis menjelaskan bahwa sanitasi merupakan salah satu rantai penyebab tingginya kasus stunting atau gagal tumbuh kembang anak.
"Kami melihat kawasan pesisir umumnya kurang memperhatikan sanitasi khususnya pengelolaan sampah dan air limbah, pemandangan di kawasan pesisir sampah plastik menjadi pemandangan yang umum," ujar dia.
Wiralis menerangkan bahwa program Saksi yang digalakkan pihaknya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, membangun sikap peduli sanitasi kawasan pesisir dan trampil mengelola sampah dengan teknologi sederhana.
Ia menyebutkan program tersebut dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi pada 40 orang masyarakat dengan tema cegah stunting dengan sanitasi yang bersih pada kawasan pesisir.
Kemudian, dilakukan pelatihan kader sanitasi dan pendampingan selama lima hari pada tiga kegiatan, yaitu pertama pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan metode komposer tanam sebagai percontohan dan telah dikembangkan lima buah yang di buat di masing-masing dusun.
Kedua, pembuatan pemancingan gurita untuk memberdayakan karang taruna dan kader sanitasi yang dikembangkan dari limbah plastik.
Ketiga, mengembangkan SPAL komunal anaerobik untuk mendaur ulang air limbah keluarga agar dapat digunakan kembali untuk kebutuhan membersihkan dan menyiram tanaman.
"Dalam pengembangan saluran pembuangan air limbah, Poltekkes Kendari bermitra dengan Poltekkes Kemenkes Surabaya," ucap Wiralis.
Ia berharap agar masyarakat memanfaatkan teknologi sederhana yang telah diajarkan kepada kader sanitasi serta Karangtaruna sebagai agen perubahan sehingga pesisir Soropia menjadi desa bersih dari sampah.
"Kemudian sampah bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pupuk dan pembuatan pemancingan gurita serta air bisa untuk membersihkan lingkungan rumah," kata Wiralis.