Kendari (ANTARA) - Pemerintah Sulawesi Tenggara secara terbuka meminta kepada semua pihak untuk tidak menjadikan pembangunan tugu Pahlawan Nasional Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi (Oputa yi Koo), yang akan dibangun di Kota Kendari sebagai sebuah pertentangan dan perdebatan.
"Oputa yi Koo adalah pahlawan nasional asal Provinsi Sultra dan monumennya bisa dibangun dimana saja di Bumi Anoa ini. Kendari ini kan Ibu Kota Provinsi Sultra, jadi monumen pahlawan nasional ini selayaknya dibangun di ibu kota provinsi termasuk di daerah tempat dilakukannya perjuangan Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi yakni di Kota Baubau," ujarnya Pj Sekda Sultra Asrun Lio di Kendari, Kamis.
Ia mengajak seluruh masyarakat Sultra dari berbagai lapisan untuk bersama-sama menjadikan Pahlawan Nasional asal Sultra yang telah resmi ditetapkan oleh negara melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019 tersebut, sebagai milik dan kebanggaan bersama serta simbol pemersatu.
Asrun Lio yang juga Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sultra mengatakan, layaknya daerah-daerah lain di Nusantara yang memiliki tokoh pahlawan nasional dan diakui secara resmi oleh negara, tetap mendapatkan perhatian penting dari pemerintah daerah untuk mengabadikannya, baik itu dalam bentuk tertulis seperti literasi hingga monumen-monumen seperti tugu, patung, dan berbagai bentuk perhatian lainnya. Demikian halnya dengan tokoh pahlawan nasional asal Sultra tersebut, yakni Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi (Oputa yi Koo).
Terlebih, lanjut dia, saat pengajuan Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi atau Oputa yi Koo sebagai pahlawan nasional di Jakarta tidaklah mudah, sebab terdapat persaingan ketat dengan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara.
Hasilnya, karena pahlawan asal Sultra ini, memiliki histori kepahlawanan cukup tinggi dan mengalahkan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara, maka Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi dinobatkanlah sebagai pahlawan nasional, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019.
Mantan Sekretaris Dewan Riset Daerah Sultra ini mengungkapkan, meskipun saat ini baru terdapat satu orang tokoh pahlawan asal Sultra yang mendapatkan pengakuan secara resmi oleh negara, maka tidak menutup kemungkinan ke depan akan bertambah lagi tokoh pahlawan nasional asal Sultra, dan monumennya bisa dibangun di mana saja di wilayah Bumi Anoa ini.
"Jika ke depan terdapat lagi tokoh pahlawan asal Sultra yang berhasil ditetapkan sebagai pahlawan nasional, maka tanah di Kota Kendari masih cukup luas untuk dilakukan pembangunan monumennya, termasuk di daerah tokoh pahlawan tersebut melakukan perjuangan," tuturnya.
Mantan Kepala Pusat Studi Eropa UHO mengakui, dalam pembangunan tugu pahlawan nasional tersebut, tidak semua orang mampu melaksanakannya, sebab harus bisa didesain mirip dengan aslinya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke depan, sehingga selain literasi yang telah dilakukan, juga secara fisik dapat dikenang oleh generasi selanjutnya.
"Terkait pembangunan tugu ini, tidak perlu khawatir karena pemerintah dalam melaksanakan setiap program pembangunannya, tetap melalui pengawasan, evaluasi, dan semuanya wajib dipertanggungjawabkan," tutur mantan Kepala Sekretariat Rektor UHO.
"Jadi saya mengajak dan meminta kepada semua pihak agar menjadikan pahlawan nasional asal Sultra ini sebagai kebanggaan bersama dan simbol pemersatu, bahwa Sultra juga punya pahlawan nasional yang telah diakui oleh negara. Hal ini seperti semangat Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bersama Wakilnya, dalam membangun Sultra dalam lima tahun, melalui gerakan pembangunan terpadu wilayah daratan dan lautan/kepulauan atau GARBARATA," ucap mantan Sekretaris Dewan Kehormatan Kode Etik UHO ini.
Pahlawan Nasional Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi (Oputa yi Koo)
Terlebih, masih dia, penetapan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yikoo menjadi pahlawan nasional membutuhkan proses dan waktu panjang serta energi cukup besar. Hal ini juga bisa menjadi semangat untuk mengangkat tokoh-tokoh pahlawan asal Sultra lainnya untuk mendapat pengakuan oleh negara.
"Selain pembangunan tugu, Pemprov Sultra juga telah mendesain berbagai program strategis penanaman dan pewarisan nilai spirit, perjuangan, dan kepemimpinan Oputa Yi Koo kepada generasi muda, utamanya program sosialisasi yang masif, serta upaya memasukkan sejarah Sultan Himayatudin Muhammad Saidi sebagai salah satu materi pembelajaran," ucap pria yang juga sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra ini.
Pembina Kerukunan Keluarga Baubau Buton (KKBB) Provinsi Sultra ini menambahkan, dengan mengutip ucapakan Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bahwa banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa yi Koo.
"Keberaniannya melawan segala bentuk penindasan serta penghianatan, memicu optimisme dan semangat patriotisme para pengikutnya. Dua kali menjabat sultan, memberi pertanda betapa demokratisnya sistem pemerintahan kita di masa lalu. Perjalanannya hampir serupa dengan perjalanan Gubernur Sultra. Oputa yi Koo bukan hanya milik Kesultanan Buton semata, tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Sultra, negara, serta Bangsa Indonesia. Semoga spirit kepahlawanan dan model kepemimpinan Sultra Himayatuddin Muhmmad Saydi menginspirasi generasi dan menjadi panutan pemimpin Sultra di masa-masa yang akan datang," ucap Asrun Lio.
"Oputa yi Koo adalah pahlawan nasional asal Provinsi Sultra dan monumennya bisa dibangun dimana saja di Bumi Anoa ini. Kendari ini kan Ibu Kota Provinsi Sultra, jadi monumen pahlawan nasional ini selayaknya dibangun di ibu kota provinsi termasuk di daerah tempat dilakukannya perjuangan Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi yakni di Kota Baubau," ujarnya Pj Sekda Sultra Asrun Lio di Kendari, Kamis.
Ia mengajak seluruh masyarakat Sultra dari berbagai lapisan untuk bersama-sama menjadikan Pahlawan Nasional asal Sultra yang telah resmi ditetapkan oleh negara melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019 tersebut, sebagai milik dan kebanggaan bersama serta simbol pemersatu.
Asrun Lio yang juga Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sultra mengatakan, layaknya daerah-daerah lain di Nusantara yang memiliki tokoh pahlawan nasional dan diakui secara resmi oleh negara, tetap mendapatkan perhatian penting dari pemerintah daerah untuk mengabadikannya, baik itu dalam bentuk tertulis seperti literasi hingga monumen-monumen seperti tugu, patung, dan berbagai bentuk perhatian lainnya. Demikian halnya dengan tokoh pahlawan nasional asal Sultra tersebut, yakni Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi (Oputa yi Koo).
Terlebih, lanjut dia, saat pengajuan Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi atau Oputa yi Koo sebagai pahlawan nasional di Jakarta tidaklah mudah, sebab terdapat persaingan ketat dengan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara.
Hasilnya, karena pahlawan asal Sultra ini, memiliki histori kepahlawanan cukup tinggi dan mengalahkan sejumlah tokoh pahlawan nasional lainnya di nusantara, maka Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi dinobatkanlah sebagai pahlawan nasional, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019.
Mantan Sekretaris Dewan Riset Daerah Sultra ini mengungkapkan, meskipun saat ini baru terdapat satu orang tokoh pahlawan asal Sultra yang mendapatkan pengakuan secara resmi oleh negara, maka tidak menutup kemungkinan ke depan akan bertambah lagi tokoh pahlawan nasional asal Sultra, dan monumennya bisa dibangun di mana saja di wilayah Bumi Anoa ini.
"Jika ke depan terdapat lagi tokoh pahlawan asal Sultra yang berhasil ditetapkan sebagai pahlawan nasional, maka tanah di Kota Kendari masih cukup luas untuk dilakukan pembangunan monumennya, termasuk di daerah tokoh pahlawan tersebut melakukan perjuangan," tuturnya.
Mantan Kepala Pusat Studi Eropa UHO mengakui, dalam pembangunan tugu pahlawan nasional tersebut, tidak semua orang mampu melaksanakannya, sebab harus bisa didesain mirip dengan aslinya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke depan, sehingga selain literasi yang telah dilakukan, juga secara fisik dapat dikenang oleh generasi selanjutnya.
"Terkait pembangunan tugu ini, tidak perlu khawatir karena pemerintah dalam melaksanakan setiap program pembangunannya, tetap melalui pengawasan, evaluasi, dan semuanya wajib dipertanggungjawabkan," tutur mantan Kepala Sekretariat Rektor UHO.
"Jadi saya mengajak dan meminta kepada semua pihak agar menjadikan pahlawan nasional asal Sultra ini sebagai kebanggaan bersama dan simbol pemersatu, bahwa Sultra juga punya pahlawan nasional yang telah diakui oleh negara. Hal ini seperti semangat Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bersama Wakilnya, dalam membangun Sultra dalam lima tahun, melalui gerakan pembangunan terpadu wilayah daratan dan lautan/kepulauan atau GARBARATA," ucap mantan Sekretaris Dewan Kehormatan Kode Etik UHO ini.
Terlebih, masih dia, penetapan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yikoo menjadi pahlawan nasional membutuhkan proses dan waktu panjang serta energi cukup besar. Hal ini juga bisa menjadi semangat untuk mengangkat tokoh-tokoh pahlawan asal Sultra lainnya untuk mendapat pengakuan oleh negara.
"Selain pembangunan tugu, Pemprov Sultra juga telah mendesain berbagai program strategis penanaman dan pewarisan nilai spirit, perjuangan, dan kepemimpinan Oputa Yi Koo kepada generasi muda, utamanya program sosialisasi yang masif, serta upaya memasukkan sejarah Sultan Himayatudin Muhammad Saidi sebagai salah satu materi pembelajaran," ucap pria yang juga sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra ini.
Pembina Kerukunan Keluarga Baubau Buton (KKBB) Provinsi Sultra ini menambahkan, dengan mengutip ucapakan Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bahwa banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa yi Koo.
"Keberaniannya melawan segala bentuk penindasan serta penghianatan, memicu optimisme dan semangat patriotisme para pengikutnya. Dua kali menjabat sultan, memberi pertanda betapa demokratisnya sistem pemerintahan kita di masa lalu. Perjalanannya hampir serupa dengan perjalanan Gubernur Sultra. Oputa yi Koo bukan hanya milik Kesultanan Buton semata, tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Sultra, negara, serta Bangsa Indonesia. Semoga spirit kepahlawanan dan model kepemimpinan Sultra Himayatuddin Muhmmad Saydi menginspirasi generasi dan menjadi panutan pemimpin Sultra di masa-masa yang akan datang," ucap Asrun Lio.