Kendari (ANTARA) - Perum Bulog Sulawesi Tenggara (Sultra) menyiapkan sebanyak 10.000 ton beras untuk operasi pasar dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga dampak naiknya harga BBM bersubsidi.

Kepala Perum Bulog Sultra Siti Mardati Saing di Kendari, Kamis mengatakan saat ini pihaknya mendapat arahan dari pemerintah untuk bersama-sama menekan inflasi melalui operasi pasar guna memastikan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH).

"Untuk wilayah Sultra stok kita masih ada 10.000 ton yang siap digelontorkan untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga beras," katanya.

Dia menyebut, operasi pasar atau program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) dilakukan di semua daerah di Sulawesi Tenggara guna mengantisipasi inflasi dampak kenaikan harga BBM.

"Ini operasi besar bukan hanya di daerah daratan, jadi di pulau-pulau pun kita melakukan KPSH itu melalui distributor maupun melalui ritel-ritel di pasar-pasar secara langsung untuk mendistribusikan beras," ujar dia.

Ia menyebut, saat ini stok beras di daerah tersebut masih aman dan akan tetap terjaga hingga Desember 2022 karena rata-rata konsumsi masyarakat daalm sebulan hanya mencapai 2.500 ton.

"Selama ini rata-rata 100-200 ton per hari, misalkan per bulan 2.500 ton maka stok kita akan aman sampai bulan Desember 2022, akhir tahun aman," ujar dia.

Bulog Sultra juga menyebut, stok akan bertambah karena bakal kembali menyerap beras petani saat panen raya sekitar 15.000 ton untuk persiapan di awal tahun 2023 mendatang.

Selain beras, Bulog Sultra juga memastikan komoditi lain seperti gula pasir dan minyak masih dalam keadaan aman dan tercukupi, dimana stok gula pasir saat ini masih ada 176 ton, minyak curah 28 ton.

"Dan Bulog Sultra sudah mengorder lagi sebanyak 150 ton, serta minyak kemasan ada 11.300 liter dan sementara di order sebanyak 15.000 liter," kata Siti.
 

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024