Kendari (ANTARA) - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Kendari mengedukasi dan mengecek kesehatan pelajar SMA Negeri 1 Soropia di pesisir Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang Anemia Poltekkes Kendari Ratih Feraritrah Danu Atmaja di Kendari, Jumat, mengatakan pihaknya memberikan edukasi itu guna meningkatkan pengetahuan deteksi dini anemia.
"Ini menjadi penting sebab angka anemia pada remaja di Indonesia itu besar sekali sehingga kami memberikan edukasi menyasar adik-adik siswa SMA Negeri 1 Soropia," katanya.
Berdasarkan penelitian, katanya, faktor terbesar anemia pada remaja karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap penyebab anemia, sehingga pihaknya mengingatkan para remaja memperbaiki pola hidup untuk menekan penyakit itu.
"Ini tentu penting sebab anemia pada remaja akan memengaruhi usia selanjutnya dan akan memengaruhi kualitas hidupnya di usia selanjutnya," ujarnya.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang COVID-19 Poltekkes Kendari Tuty Yuniarti mengatakan kegiatan tersebut salah satu bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan penelitian.
"Kita memilih SMAN 1 Soropia karena berdasarkan hasil survei yang kita lakukan ternyata belum ada pemeriksaan untuk melihat apakah para siswa di sini sudah pernah vaksin, ataukah pernah terpapar COVID-19," katanya.
Dia menyebut pemeriksaan awal, yakni pemeriksaan antibodi COVID-19. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara spesifik, pihaknya menemukan pemeriksaan antibodi rata-rata reaktif artinya siswa berhasil membentuk antibodi sendiri.
"Sebab hasil diskusi dengan anak-anak memang sudah vaksin I dan II, sehingga mereka sudah ada pembentukan antibodi sendiri. Sehingga misalnya kalau ada gelombang COVID-19 berikutnya mereka sudah aman," ungkapnya.
Ia menyebut para siswa terbuka dan antusiasme mengikuti pemeriksaan kesehatan, baik tinggi badan, berat badan, tekanan darah, pemeriksaan urine, dan pemeriksaan antibodi COVID-19.
Dosen Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kendari Julianti Ismasari yang memberi edukasi terkait fungsi deteksi ginjal mengatakan, pihaknya melakukan tes urine untuk mendeteksi gangguan fungsi ginjal terhadap remaja.
"Dengan adanya kegiatan ini kita edukasi pentingnya pemeriksaan laboratorium apalagi anak anak di usia remaja yang memang belum pernah melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini perdana bagi para siswa sebab selama ini pemeriksaan lebih ke orang tua. Kini kita mulai jajaki remaja dan melihat bagaimana sih kondisi urine mereka," katanya.
Wakil Kepala SMA Negeri 1 Soropia Rudi Hartono mengatakan manfaat kegiatan itu bagi para siswa guna mendukung kualitas pendidikan di tempat itu.
"Apalah artinya kita pintar, apalah artinya kita kaya tetapi kesehatan tidak bagus," katanya.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang Anemia Poltekkes Kendari Ratih Feraritrah Danu Atmaja di Kendari, Jumat, mengatakan pihaknya memberikan edukasi itu guna meningkatkan pengetahuan deteksi dini anemia.
"Ini menjadi penting sebab angka anemia pada remaja di Indonesia itu besar sekali sehingga kami memberikan edukasi menyasar adik-adik siswa SMA Negeri 1 Soropia," katanya.
Berdasarkan penelitian, katanya, faktor terbesar anemia pada remaja karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap penyebab anemia, sehingga pihaknya mengingatkan para remaja memperbaiki pola hidup untuk menekan penyakit itu.
"Ini tentu penting sebab anemia pada remaja akan memengaruhi usia selanjutnya dan akan memengaruhi kualitas hidupnya di usia selanjutnya," ujarnya.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang COVID-19 Poltekkes Kendari Tuty Yuniarti mengatakan kegiatan tersebut salah satu bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan penelitian.
"Kita memilih SMAN 1 Soropia karena berdasarkan hasil survei yang kita lakukan ternyata belum ada pemeriksaan untuk melihat apakah para siswa di sini sudah pernah vaksin, ataukah pernah terpapar COVID-19," katanya.
Dia menyebut pemeriksaan awal, yakni pemeriksaan antibodi COVID-19. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara spesifik, pihaknya menemukan pemeriksaan antibodi rata-rata reaktif artinya siswa berhasil membentuk antibodi sendiri.
"Sebab hasil diskusi dengan anak-anak memang sudah vaksin I dan II, sehingga mereka sudah ada pembentukan antibodi sendiri. Sehingga misalnya kalau ada gelombang COVID-19 berikutnya mereka sudah aman," ungkapnya.
Ia menyebut para siswa terbuka dan antusiasme mengikuti pemeriksaan kesehatan, baik tinggi badan, berat badan, tekanan darah, pemeriksaan urine, dan pemeriksaan antibodi COVID-19.
Dosen Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kendari Julianti Ismasari yang memberi edukasi terkait fungsi deteksi ginjal mengatakan, pihaknya melakukan tes urine untuk mendeteksi gangguan fungsi ginjal terhadap remaja.
"Dengan adanya kegiatan ini kita edukasi pentingnya pemeriksaan laboratorium apalagi anak anak di usia remaja yang memang belum pernah melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini perdana bagi para siswa sebab selama ini pemeriksaan lebih ke orang tua. Kini kita mulai jajaki remaja dan melihat bagaimana sih kondisi urine mereka," katanya.
Wakil Kepala SMA Negeri 1 Soropia Rudi Hartono mengatakan manfaat kegiatan itu bagi para siswa guna mendukung kualitas pendidikan di tempat itu.
"Apalah artinya kita pintar, apalah artinya kita kaya tetapi kesehatan tidak bagus," katanya.