Solo (ANTARA) - Insiden putus tali bendera mewarnai Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-77 di Kota Surakarta, Rabu.
Usai upacara bendera di Lapangan Sriwedari Solo, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan kejadian tersebut tidak dapat diprediksi.
"Nggak apa-apa, anak-anak sudah berusaha keras. Wis pokoke (paskibra) tetap semangat," katanya.
Ia mengatakan putusnya tali bendera tersebut terjadi karena ada kerusakan pada ring tiang bendera. Menurut dia, sebetulnya pengecekan sudah dilakukan secara menyeluruh.
"Nggak apa-apa, untuk adik-adik yang kemarin saya kukuhkan, bekerja keras pagi, sore, siang, malam. Sudah nggak kehitung gladinya berapa kali," katanya.
Terkait dengan makna proklamasi kali ini, dikatakannya, Indonesia masih berada dalam keadaan yang menantang, termasuk ancaman krisis ekonomi di dalam negeri.
"Krisis yang mengancam, inflasi yang juga masih mengancam. Namun kita Indonesia, Solo terutama bisa survive. Ini arah-arah ekonomi (menuju pertumbuhan positif) sudah terasa," katanya.
Sementara itu, meski sang Merah Putih gagal berkibar di angkasa, penghormatan tetap dilakukan pada upacara tersebut. Petugas pengerek bendera Muhammad Naban Haikal Fikri, pembentang Muhammad Fashadhiya Ulhaq, dan bagian tengah Albert Maulana langsung berinisiatif membentangkan bendera dengan kedua tangan.
Usai penghormatan, tepuk tangan dari seluruh peserta mengiringi langkah pasukan pengibar bendera sebagai tanda dukungan setelah selesai bertugas.
Usai upacara bendera di Lapangan Sriwedari Solo, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan kejadian tersebut tidak dapat diprediksi.
"Nggak apa-apa, anak-anak sudah berusaha keras. Wis pokoke (paskibra) tetap semangat," katanya.
Ia mengatakan putusnya tali bendera tersebut terjadi karena ada kerusakan pada ring tiang bendera. Menurut dia, sebetulnya pengecekan sudah dilakukan secara menyeluruh.
"Nggak apa-apa, untuk adik-adik yang kemarin saya kukuhkan, bekerja keras pagi, sore, siang, malam. Sudah nggak kehitung gladinya berapa kali," katanya.
Terkait dengan makna proklamasi kali ini, dikatakannya, Indonesia masih berada dalam keadaan yang menantang, termasuk ancaman krisis ekonomi di dalam negeri.
"Krisis yang mengancam, inflasi yang juga masih mengancam. Namun kita Indonesia, Solo terutama bisa survive. Ini arah-arah ekonomi (menuju pertumbuhan positif) sudah terasa," katanya.
Sementara itu, meski sang Merah Putih gagal berkibar di angkasa, penghormatan tetap dilakukan pada upacara tersebut. Petugas pengerek bendera Muhammad Naban Haikal Fikri, pembentang Muhammad Fashadhiya Ulhaq, dan bagian tengah Albert Maulana langsung berinisiatif membentangkan bendera dengan kedua tangan.
Usai penghormatan, tepuk tangan dari seluruh peserta mengiringi langkah pasukan pengibar bendera sebagai tanda dukungan setelah selesai bertugas.