Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi yang ditanamkan sejak usia remaja merupakan kunci untuk menekan terjadinya kematian ibu dan bayi.
“Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi masih menjadi ancaman bagi pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada jumlah kasus stunting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hasto menuturkan berdasarkan data yang dimiliki, tercatat angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih menyentuh 230 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, target yang sudah ditentukan pemerintah adalah menekannya hingga 70 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2030.
Menurut Hasto, sejak usia remaja, anak harus mengetahui bahwa penyebab kematian ibu antara lain dikarenakan perempuan telah terkena anemia sejak usia muda, tubuh kekurangan kalori, mengalami obesitas dan mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis.
Sedangkan kasus kematian pada ibu hamil, terjadi akibat adanya hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, dan penyakit jantung. Para remaja juga harus memahami bagaimana cara pencegahannya melalui peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi (kespro) tersebut.
Data dari Sampling Registration System (SRS) tahun 2018 menambahkan, sekitar 76 persen kematian ibu 24 persen terjadi saat hamil, 36 persen saat persalinan dan 40 persen setelah persalinan. Sedangkan lebih dari 62 persen kematian ibu dan bayi di antaranya terjadi di rumah sakit.
Sedangkan pada kematian bayi, Hasto menambahkan, bila angka kematian masih menyentuh 24 per 1.000 kelahiran. Dengan demikian, terdapat kemungkinan apabila 2.000 hingga 3.000 ibu yang melahirkan dinyatakan mati setiap tahunnya.
“Kita semua harus merasa prihatin angka kematian ibu dan bayi masih tinggi. Artinya setiap 1.000 kelahiran yang mati 24 bayi. Kalau ada 100 orang melahirkan yang mati antara dua sampai tiga. Padahal kematian ibu dan bayi sebagian besar adalah preventable atau kematian yang bisa dicegah,” kata Hasto.
Hasto meminta selain kematian ibu dan bayi, remaja juga harus peka terhadap terjadinya stunting yang mempengaruhi pembamgunan sumber daya manusia unggul ke depannya. Bila terbentuk generasi stunting, maka penduduk tidak bisa bersaing karena tidak cerdas, tidak tinggi dan tidak sehat.
Hasto menyatakan bahwa satu kematian pada bayi merupakan kesedihan mendalam bagi setiap keluarga, sehingga semua kematian tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, BKKBN mengajak remaja yang kini ada sekitar 64 juta jiwa di Indonesia untuk mulai peduli dan peka terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mengedukasi remaja soal pentingnya kesehatan reproduksi melalui kegiatan sosialisasi pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi terintegrasi dalam kurikulum pendidikan formal menuju keluarga berkualitas.
Kegiatan itu diikuti para remaja yang terdiri dari mahasiswa, pelajar SMA sederajat, pelajar SMP, dan dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Wali Kota Kendari Muhammad Saiful, di Kendari, Kamis.
"Berdasarkan data sensus BPS Kota Kendari, jumlah remaja di Kota Kendari saat ini, sekira 25,32 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah ini sangat berpotensi untuk memajukan sekaligus jadi masalah bagi daerah jika tidak ditangani dengan baik," kata Saiful.
Menurut dia, sejak remaja pengetahuan tentang kesehatan reproduksi harus diperkenalkan karena proses pematangan fisik remaja lebih cepat daripada pematang psikososialnya.
"Ketika remaja salah dalam memahami pematang fisik tersebut, maka akan terjadi hal-hal yang dapat merugikan remaja itu sendiri, terutama pada organ reproduksinya sehingga dapat mengancam masa depan dari remaja kita,” kata Saiful.
Ia menjelaskan, terkait kebijakan pemerintah dalam melibatkan remaja dalam pembangunan, maka pemerintah Kota Kendari sudah membuka ruang keterlibatan remaja dalam perencanaan pembangunan melalui Musrenbang, mulai dari musrenbang kelurahan, kecamatan hingga tingkat Kota Kendari.
"Salah satu metode eliminasi stunting adalah dengan mempersiapkan remaja kita secara fisik dan psikis agar sadar menjaga kesehatan reproduksinya supaya matang sebelum berumahtangga dan melahirkan anak yang sehat dan bebas stunting,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Kendari, Jahuddin menjelaskan untuk menciptakan keluarga bahagia dan sejahtera harus dimulai dari remaja.
Untuk menciptakan keluarga berkualitas, remaja memiliki peran yang cukup tinggi. Ini karena remaja berada di posisi terdepan dalam pintu kehidupan berkeluarga sekaligus penentu berkualitas atau tidaknya sebuah keluarga.
“Berencana itu keren dua anak lebih sehat, itu tagline BKKBN karena itu kita mengarahkan langsung sejak remaja itu sudah mulai terencana untuk ke depan,” pungkas Jahuddin.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKKBN: Pengetahuan kesehatan reproduksi kunci tekan kematian ibu-bayi